Setelah sebelumnya saya mendapatkan hikmah bahwa ibadah seharusnya berdampak pada kehidupan riil, dan Allah yang paling hafal siapa diri kita, saya juga mendapatkan hikmah lain setelah mulai merasa muak dengan ilmu-ilmu bagaimana supaya cepat kaya dan terkenal.
Judul bukunya banyak, tema seminarnya juga banyak. Tapi ya intinya membawa ke paradigma kapitalistik. Kumpulkan uang sebanyak-banyaknya, sampe super kaya, sampe nyantai, barulah kita berbagi ke mereka yang kekurangan. Buat apa kerja, menukar uang dengan waktu, ga bebas, dan sebagainya.
Biasanya paradigma macam ini menghasilkan sikap penuh topeng. Berpenampilan ala orang kaya, merasa bangga kenal dengan orang kaya, gemar berfoto dengan simbol2 orang kaya, foto disamping mobil anu, foto didepan panggung anu, dsb. Jujur aja, saya juga sempet seperti ini dan sisa2nya masih berlanjut sampe sekarang.
Dulu saya punya keyakinan, pengusaha itu lebih hebat dari pegawai. Orang kaya lebih hebat dari orang miskin. Orang terkenal lebih hebat dari orang yang bukan siapa2. Sebaik-baik manusia adalah yang kaya, terkenal, eksis, dan berpengaruh.
Saya lupa bahwa saya ini muslim.
Saya harusnya inget 2 hal bahwa
1. Ga harus kaya, yang penting harta kita sumbernya halal, dan disalurkan ke jalan yang halal
2. Ga harus eksis, yang penting setiap bertemu kenalan, kita ada manfaat positifnyanya buat dia
Logika sederhana aja. Manusia terbaik jelas Nabi Muhammad SAW, da beliau mah Nabi. Nah manusia terbaik yang bukan Nabi, tentu adalah para sahabat Nabi yang notabene manusia biasa kayak kita.
Pertanyaan :
Apakah Abdurrahman bin Auf yang super kaya raya lebih mulia dari Abu Hurairah yang miskin?
Apakah Khalid bin Walid yang perkasa lebih mulia dari Abdullah bin Mas'ud yang ringkih?
Apakah Mush'ab bin Umair yang idola para wanita lebih mulia dari Bilal yang dulunya budak?
Ya engga lah, masa ya engga dong ;P
Mereka mulia karena melakukan gaya hidup yang mengundang pertolongan Allah.
Maka, saya pun mulai belajar mengubah gaya, diantaranya :
- Selamat tinggal paradigma bahwa resolusi saya terwujud karena dituliskan
- Good bye paradigma impian saya terkabul karena saya banyak ngelamun.
Saya muslim, maka harusnya saya lebih yakin akan janji dan pertolongan Allah, daripada janji2 manusia yang walau (keliatannya) sukses tetep aja ga bisa nahan uban dan kentut.
Rezeki mah udah diatur dari sononya, bukan prestasi pribadi. Itu mah karena dia dimudahkan aja sama Allah.
Jadi kalo abis lulus anda mau jadi pengusaha, pegawai, ataupun jalur profesi kayak dokter/sastrawan/konsultan dsb, sami mawon lah. Satu sama lain ga ada yang lebih hebat.
Bersambung....
Artikel Terkait :
1. Para Raja yang Tidak Pernah Bermimpi Jadi Raja oleh Kang Aries Setiabudi
2. 10 Luck Tools Basic Level oleh Mas Arifin Novariadi
Gambar diambil dari sini
Judul bukunya banyak, tema seminarnya juga banyak. Tapi ya intinya membawa ke paradigma kapitalistik. Kumpulkan uang sebanyak-banyaknya, sampe super kaya, sampe nyantai, barulah kita berbagi ke mereka yang kekurangan. Buat apa kerja, menukar uang dengan waktu, ga bebas, dan sebagainya.
Biasanya paradigma macam ini menghasilkan sikap penuh topeng. Berpenampilan ala orang kaya, merasa bangga kenal dengan orang kaya, gemar berfoto dengan simbol2 orang kaya, foto disamping mobil anu, foto didepan panggung anu, dsb. Jujur aja, saya juga sempet seperti ini dan sisa2nya masih berlanjut sampe sekarang.
Dulu saya punya keyakinan, pengusaha itu lebih hebat dari pegawai. Orang kaya lebih hebat dari orang miskin. Orang terkenal lebih hebat dari orang yang bukan siapa2. Sebaik-baik manusia adalah yang kaya, terkenal, eksis, dan berpengaruh.
Saya lupa bahwa saya ini muslim.
Saya harusnya inget 2 hal bahwa
1. Ga harus kaya, yang penting harta kita sumbernya halal, dan disalurkan ke jalan yang halal
2. Ga harus eksis, yang penting setiap bertemu kenalan, kita ada manfaat positifnyanya buat dia
Logika sederhana aja. Manusia terbaik jelas Nabi Muhammad SAW, da beliau mah Nabi. Nah manusia terbaik yang bukan Nabi, tentu adalah para sahabat Nabi yang notabene manusia biasa kayak kita.
Pertanyaan :
Apakah Abdurrahman bin Auf yang super kaya raya lebih mulia dari Abu Hurairah yang miskin?
Apakah Khalid bin Walid yang perkasa lebih mulia dari Abdullah bin Mas'ud yang ringkih?
Apakah Mush'ab bin Umair yang idola para wanita lebih mulia dari Bilal yang dulunya budak?
Ya engga lah, masa ya engga dong ;P
Mereka mulia karena melakukan gaya hidup yang mengundang pertolongan Allah.
Maka, saya pun mulai belajar mengubah gaya, diantaranya :
- Selamat tinggal paradigma bahwa resolusi saya terwujud karena dituliskan
- Good bye paradigma impian saya terkabul karena saya banyak ngelamun.
Saya muslim, maka harusnya saya lebih yakin akan janji dan pertolongan Allah, daripada janji2 manusia yang walau (keliatannya) sukses tetep aja ga bisa nahan uban dan kentut.
Rezeki mah udah diatur dari sononya, bukan prestasi pribadi. Itu mah karena dia dimudahkan aja sama Allah.
Jadi kalo abis lulus anda mau jadi pengusaha, pegawai, ataupun jalur profesi kayak dokter/sastrawan/konsultan dsb, sami mawon lah. Satu sama lain ga ada yang lebih hebat.
Bersambung....
Artikel Terkait :
1. Para Raja yang Tidak Pernah Bermimpi Jadi Raja oleh Kang Aries Setiabudi
2. 10 Luck Tools Basic Level oleh Mas Arifin Novariadi
Gambar diambil dari sini
5 komentar:
Wah gak nyangka.
betul-betul postingan yang penuh hikmah.
Konsep yang dibawakan betul-betul bagus, dan paling menarik.
"Next level", gah! Udah mulai lebih "bijak", geuning? AlhamdulilLaah ...
shg utk mendapatkan pertolongan Allah, qt harus nagapain !??!
pertolongan Allah akan datang, ketika hambanya berjuang untuk menegakkan aturan ALLAH
qt sudah !?!?
Hyahaha, eta mentor2 ente moal ngambek tah? :)) nu penting mah iman nya gah?
Demi malam apabila menutupi (cahaya siang),
(92:2)
dan siang apabila terang benderang,
(92:3)
dan penciptaan laki-laki dan perempuan,
(92:4)
Sesungguhnya usaha kamu memang BERBEDA-BEDA.
(92:5)
Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa,
(92:6)
dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga),
(92:7)
maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.
(92:8)
Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup [1581],
(92:9)
serta mendustakan pahala terbaik,
(92:10)
maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.
(92:11)
Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.
(92:12)
Sesungguhnya kewajiban Kamilah memberi petunjuk,
(92:13)
dan sesungguhnya kepunyaan Kamilah akhirat dan dunia.
(92:14)
Maka, kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala.
(92:15)
Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka,
(92:16)
yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman).
(92:17)
Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu,
(92:18)
yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya,
(92:19)
padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu ni'mat kepadanya yang harus dibalasnya,
(92:20)
tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha TInggi.
(92:21)
Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.
Posting Komentar