Rabu, 30 Januari 2008

ANTARA KO PERRY, OM BOB, DAN PAK GONDHO


Pekan ini alhamdulillah, saya banyak sekali mendapatkan hikmah.
Khususnya terkait filosofi bisnis.
Hal ini saya dapatkan dari tiga figur yang cukup dikenal oleh kita semua.

Yang pertama adalah Ko Perry Tristianto, alias sang raja factory outlet. Saya bertemu dengan beliau ahad kemarin di milad TDA yang ke-2 di Jakarta. Beliau menjadi salah satu "bintang" di acara tersebut.

Tidak lain dan tidak bukan karena gayanya yang nyantai, to the point, dan emang riil dipraktekkan langsung oleh beliau. Salah satu idenya yang unik adalah

"Kalo mau bisnis, jangan belum apa2 udah mikir untung duluan. Entar ga mulai2. Saya kalo mau bisnis, yg pertama diitung justru kemungkinan ruginya, berapa duit? "

"Lalu, saya bayangin kalo seandainya saya rugi, bakalan melarat engga? Kalo engga mah, ya jalan aja. Karena untung mah urusan Tuhan"

Contohnya waktu beliau bikin "Rumah Sosis" di Bandung Utara. Sewa tempatnya 50 juta. Dan beliau ga mikir bakalan segimana untungnya. Ternyata eh ternyata, kalo ga salah denger. Omset sebulannya 1.5 miliar!

Tapi tunggu dulu, beliau juga ngasi tau kalo dari 90 kali mendirikan toko, hingga kini yang bertahan tinggal 20an. Jadi, silakan diambil sendiri kesimpulannya ya ;)

Yang kedua adalah Om Bom Sadino, alias salah satu pelaku agrobisnis senior yang dikenal nyeleneh. Saya bertemu dengan beliau di TV, hehehe... Alias nonton VCD yang dihadiahkan secara gratis oleh Majalah Wirausaha & Keuangan pas milad TDA kemaren.

Dalam wawancara di VCD tersebut beliau mengungkapkan filosofi bisnisnya yaitu,

"Orang 'pintar' itu sering terbelenggu oleh jalan pikirannya sendiri. Makanya ga mulai2 bisnis."

"Belum apa2 udah ngitung2 dengan ribet. Ngeliat untungnya tipis diatas kertas, udah mundur duluan. Padahal, amat jarang sesuatu itu berjalan sesuai rencana."

"Untung atau rugi itu urusan Yang Diatas. Mulailah melangkah, nikmati skenario dari Sang Masterplan kehidupan."

"Dunia ini diciptakan seimbang. Jadi bila kesulitan selalu satu paket dengan kemudahan, kenapa masih harus ragu memulai bisnis?"

Yang ketiga adalah Pak Haji Sugondho, alias sang raja steak, pemilik Obonk Steak se-Indonesia. Saya bertemu dengan beliau duluuu banget. Tapi saya masih ingat salah satu poin penting prinsip beliau dalam berbisnis.

Beliau tipe orang yang menghargai "trust/kepercayaan" Maka tidak heran kalo MoU diatas kertas, hanya diangap pelengkap saja.

Salah satu test case-nya dalam membuka outlet Obonk di suatu daerah adalah, dicoba buka 3 bulan dulu. Kalo sukses, lanjut. Kalo gagal, ya tutup. Maka dari itu beliau berprinsip

"Dalam bisnis, urusan kita hanya mencoba/ikhtiar. Karena rezeki itu urusan Allah, dan untung/rugi bukan urusan kita"

Nah, saya yakin dari ketiga figur diatas, benang merahnya terlihat jelas.
Bener apa betul? *maksa mode : on

Mulai aja dulu, saya pribadi juga dulu pengalaman mulai bisnis cuman modal 200 rebu doang. Buat beli pamflet, stempel, sama kwitansi. Hasilnya?

Saya punya bimbel privat (masih terus berkembang), EO training buat remaja (vakum), catering (vakum), kantin masakan jepang di kampus (bangkrut, hehehe), dan yang terbaru saya punya dua unit mesin fotokopi (insya Allah bakalan maju!).

Alhamdulillah, ga kebayang loh dulu pas mulai mah...

Saya jadi keingetan saat ngoobrol sama Kang Maman, rekan bisnis
"Kang Agah, saat kita komitmen memulai sesuatu, maka Allah akan turunkan ilmunya untuk kita, dan tanpa terduga, Allah akan pertemukan kita dengan guru2 di bidang tersebut"

Cieh, so sweet...

NB :
1. Tulisan ini saya anggap sekaligus resume milad ke-2 TDA kemarin
2. Silakan baca postingan terkait --> Action Donk !

Selasa, 29 Januari 2008

TES YOUTUBE : AL FATIHAH



syaikh fahd al kanderi
setara syaikh musyari rasyid al afasy lah :)

NB : alhamdulillah, bisa juga masang video, senangnya!

Senin, 28 Januari 2008

KESAN DARI MILAD TDA ke-2


Alhamdulillah, kami rombongan pemuda dari bandung (Saya, Tomy, Syaugi, Riza, dan Abdul) sekitar sejam yang lalu baru saja tiba di kediaman (22.00 WIB)

Saya pribadi sangat bersyukur bisa mengikuti acara milad tadi siang, beberapa kesan yang saya dapatkan tadi diantaranya :

- ternyata Pak Roni itu ramah, kesan ini saya dapat saat baru pertama tiba di lokasi, dan minta foto bareng sama beliau, eh mau gratisan lagi :)

- ternyata Haji Ali sang raja garmen tanah abang bisa berbahasa sunda, hal ini saya ketahui saat bertemu beliau di masjid bawah. Kumaha damang pa haji? hehehe...

- ternyata Pak Agus Ali itu rendah hati, karena beliau mau2nya jadi juru potret saat kami foto bareng sama haji ali. Moga taun depan masih mau motretin kami lagi ya pak ;)

- ternyata semangat itu bisa menular. Khususnya saat kami ngobrol bersama Pak Nano. Saya bingung, kok beliau bisa2nya terus tersenyum ceria dari pagi sampe magrib. Luar BIasa Prima pak!

- ternyata Pak Hadi Kuntoro itu orangnya kekar. Berotot, terutama di bagian perutnya, hehehe. Oya pak Hadi, saya dapet door prize selimut jepang! Halus tenan, sampe ibu saya di rumah kegirangan Pak, tengkyu :D

- ternyata sesama peserta yang dari Bandung duduknya ngumpul di dekat kami. Dan baru sadar di tengah2 acara. parah. Diantaranya Pak Wahyu. Tapi sayangnya, kami belum sempat ngobrol sama Bang, eh Pak Fauzi sang Guru TDA. Mungkin offline aja kali ya di Bandung

- ternyata Pak Perry Tristianto raja FO itu aslinya "hangat" ya. Dulu saya sempet mengira beliau itu orang yang serius. Eh ternyata aslinya, fuuntatiiic! Nyunda pisan...

Terimakasih banyak kepada TDA Management yang telah bekerja keras sehingga acara ini terasa luar biasa. Kami puas dan merasa sangat terkesan. Semoga milad tahun depan TDA makin sukses. Amiiiin

NB :
1. Pada panitia, saya berhasil "meracuni" 4 orang utk hadir di milad ini. Harusnya dikasih diskon dong ;)

2. Hikmah tentang milad menyusul, lagi merangkai kata soalnya

Jumat, 25 Januari 2008

KEDEKATAN DENGAN SI DIA

Obrolan dengan seorang alumni

"Ok Gah, misalkan ada seseorang yang kita cintai. Dia menghadiahi kita sesuatu. Nah, coba untuk jujur. Mana perasaan yang paling dominan ada dalam hati kita?"

"Apakah, kita merasa bahagia karena hadiahnya, atau... kita merasa bahagia karena kita makin dekat dengannya?"

Ngomong2, pada ngerti engga ya :P

Baik deh biar lebih jelas, alkisah...ada seorang pemuda jatuh cinta pada seorang gadis di kelasnya. Sang pemuda mati2an mencari cara agar bisa dekat dengan si dia.

Lalu terpikirlah alibi klasik, yaitu sang pemuda pura2 pinjem buku catetan si dia. Dengan menghancurkan semua keraguan dan rasa bimbang sang pemuda mengutarakan maksudnya. Dan, tanpa disangka, si dia dengan ringan menganggukan kepala sambil tersenyum manis ;)

Ok lupakan dahulu romantisme semu tersebut. Mari kita kembali ke pertanyaan diatas, apakah si pemuda senang karena dipinjami buku catatan ATAU si pemuda senang karena dengan peminjaman buku tersebut bisa membuatnya dekat dengan si dia?

Sudah jelas maksudnya ya?

Saya yakin contoh kasus diatas pernah kita alami dengan berbagai cara yang "lebih kreatif" tapi yang jelas tujuannya sama. Pemberian hanya sarana, karena tujuannya ya biar lebih dekat dengan yang dicinta.

Nah kalau begitu, mari kita ingat apa yang sudah Allah berikan pada kita?

Kedamaian, rasa kenyang, tidur yang nyenyak, keluarga yang harmonis, jalan nafkah baik lewat kerja maupun bisnis, sahabat yang penuh perhatian, buku2 bacaan, akses internet, kesempatan untuk mengikuti pendidikan tinggi, kemudahan pikiran dalam memahami sesuatu, dsb, dsb...

Tidak salah bila kita cukup senang dengan pemberianNya, tapi alangkah lebih indahnya bila kita lebih senang karena dengan pemberian tersebut, kita bisa makin dekat denganNya

"Perasaan dekat" inilah yang mungkin lupa kita hadirkan akhir2 ini

Lupa untuk menghadirkan "rasa" hanya berharap padaNya
Lupa untuk menghadirkan "rasa" hanya cemas karenaNya

Dan mungkin inilah yang membuat variasi ibadah seolah kita tak ada "rasa" nya

Senin, 21 Januari 2008

DUT !

Sengaja saya posting pengalaman lucu disini, biar suasana jadi lebih ceria dan semangat.

Alkisah suatu hari saya menunaikan ibadah shalat berjamaah di masjid. Kalo engga salah shalat dzuhur.

Yah seperti umumnya kita2, untuk khusyu dalam shalat memang merupakan perjuangan tersendiri.

Salah satu tes sederhana untuk mengukur kekhusyuan bagi saya pribadi adalah, 5-10 menit setelah keluar dari masjid apakah kita masih inget baca surat apa di rakaat pertama, hehehe...

Maaf, ceritanya kok menyimpang
Ok kita sambung !

Nah, setelah shalat kan biasanya kita suka dzikir dan berdo'a dulu tuh. Dan mungkin sehubungan saya agak letih, saya pun dengan sukses "pindah alam" alias tidur nyenyak dalam posisi berdzikir.

Sebagai info, tidur dalam berbagai posisi merupakan salah satu life skill unggulan saya :)

Nah, jama'ah pun kebanyakan sudah menyelesaikan ritualnya. Sambil -mungkin- mengira anak muda yang tertunduk di sebelah sana sedang bergumul dengan kelezatan ibadah *padahal mah lagi ngiler*

Sementara bapak2 di sebelah saya masih belum selesai melakukan ritualnya. Saya terbangun mendadak, walau posisinya masih nunduk sambil bersila.

Lalu, mungkin karena paginya saya memasukan makanan dengan energi lebih. Maka sesuai hukum fisika, bahwa energi yang masuk sama dengan energi yang keluar. Maka dengan kurang ajarnya keluarlah suara

DUT !

Saya aja terkejut, apalagi bapak2 di samping saya yang lagi dzikir.

Karena bingung saking malunya. Saya pun pura2 melanjutkan pose nunduk sambil komat-kamit agak keras. Sengaja berakting, biar si bapak merasa bahwa dia salah dengar. Lha wong anak muda di sampingnya lagi dzikir kok. Walau mungkin dalam hari si bapak berkata

"Dzikir yang aaaanneh..."

Kemudian, saya menanti si bapak pulang duluan. Barulah saya berani beranjak. Tujuannya, biar kami engga berpapasan wajah.

Malu dong, kalo suatu saat takdir berkehendak bahwa saya berjodoh dengan anak gadis si bapak, dan saat melamar ke rumahnya si Bapak berkata sambil mesem2

"Oh Dek Agah, yang dulu dzikirnya khusyu disamping bapak kan ya?"

Singkat cerita, si bapak udah keluar masjid. Dan setelah menghitung momen, saya pun cepat2 keluar masjid. Wah sepi, udah ga ada siapa2. Skenario berjalan baik.

"Alhamdulillah, harga diriku selamat" kata saya dalam hati

Saya menundukkan badan untuk mengambil sendal di dekat WC, namun terdengar pintu WC terbuka. Kriiit...

Saya mendongak, dan kagetnya bukan main!
Karena hari itu wajah kami pun berpapasan dengan sukses

hari ini, pergilah kau semua kesuraman, kemuraman, kegundahan, hus..hus..hus !

Kamis, 17 Januari 2008

MOHON DOA UTK PAPAH


Sudah sepekan ini beliau demam, ga turun2 suhu tubuhnya
Demam berdarah bukan, karena ga ada bintik2 di tubuh
Tifus juga bukan, karena makannya lahap

Batuk2 terus, oh mungkin radang tenggorokan
Sama dokter dikasih obat

Tapi udah 3 hari obat diminum, kok makin parah batuknya
Maka hari ini kami ke dokter lagi
Papah di-rontgen, dan ternyata...

Radang Paru-Paru

Mulai hari ini beliau di-opname di RS Hasan Sadikin
Kalaupun belum bisa menjenguk, yah minimal doakan beliau ya

Kalaupun belum bisa mengkhususkan berdoa menghadap kiblat,
sekarang pas menghadap monitor juga engga apa2

Jazaakumullah khair atas do'anya

Selasa, 15 Januari 2008

PeDe JADI KONSULTAN BIZPLAN AMATIRAN

Dari dulu, kalo ketemu sama anak ITB cukup sering saya merasa minder. Jelas lah, mahasiswa-mahasiswi terbaik se-Indonesia. Selain itu sejauh yg saya kenal, rata-rata dari mereka punya multiple intellegence.

Tapi ternyata kalimat klasik bahwa "tiap orang punya kelebihan dan kekurangan" terbukti hari ini !!!

Jadi, beberapa temen saya ada yg ngambil mata kuliah Manajemen Inovasi, dan disini mahasiswanya dituntut untuk bikin Business Plan yg bahasa lokalnya mah Studi Kelayakan Bisnis

Nah, ternyata seorang Agah yang sering merasa minder ini, dimintai tolong untuk membantu (walau engga bantuin banyak2 amat) tiga mahasiswa-mahasiswi ITB dalam pengerjaan tugas Business Plan tersebut.

Saya diminta mengevaluasi, khususnya dalam aspek marketing dan finansialnya.

Sebenernya, ketiga orang tersebut ya temen2 deket saya juga sih :)

Nah saya berterimakasih kepada
1.Sobat sekaligus tetangga yang se-TK, se-SMP, dan se-SMA sama saya
2.Sohib sekaligus partner lomba Business Innovation Contest dan temen se-SMA
3.Sahabat sekaligus (mantan) rekan satu tim dalam bisnis pendidikan dulu

Kusampaikan, bahwa hari ini kalian bertiga menjadi jalan yang membuat hidupku makin berarti *holoh-holoh*

Alhamdulillah ya Allah, ternyata hambaMu si Agah ini tidak bodoh :D
Ternyata ilmu kuliah saya ada gunanya geningan :P

Ngapain juga harus minder
Ngebanding-bandingin sambil menyesali diri mah ga akan ada abisnya
Bener atau betul? *maksa mode : on*


NB - Maaf kalo nampak ga penting, karena postingan ini dibuat sambil menahan meler di hidung dan perih di tenggorokan. Mohon do'anya, sudah dua hari ini flu & radang tenggorokan menyerang tubuhku

Kamis, 10 Januari 2008

LIBUR, APA KELUARGA MAKIN KOMPAK?

Papah bekerja, mamah wanita karir, adik yang pertama masih kuliah, dan yang bungsu udah SMP. Nah, bisa ditebak bagaimana sepinya rumah kami di hari2 kerja.

Kalo gitu, gimana kalo saatnya libur, kayak hari ini? Apalagi denger2 Indonesia adalah negara dengan hari libur terbanyak di dunia. Apakah keluarga kami menjadi makin kompak, dengan berkumpul dan bercengkrama bersama?

Ternyata engga juga!
Karena masing2 punya acara.

Mamah dan Tria katanya mau krimbat di salon deket rumah. Manfaatin kupon diskon katanya sih. Yah, mau berjilbab atau engga, wanita tetaplah wanita yang menganggap rambut adalah perhiasan dirinya. Wajar...

Puput, dari pagi udah pergi ke Dipati Ukur. Mau belajar bareng temen2nya. Ada ujian riset operasi besok katanya. Wajar...

Papah, gara-gara terpengaruhi Mas Ferdi dan Mbak Rieke yang ngebahas 'Memelihara Ikan Koi' di acara Good Morning tadi pagi, beliau langsung berangkat ke toko ikan.

Dan tebak, apa yang beliau beli sepulang dari sana? Bukan Koi yang elit, tapi sepelastik ikan komet murah meriah yang dijual khusus pada golongan kaum ELIT (Ekonomi suLIT!). Yah masih wajar lah... Udah untung engga jadi hambur2 duit buat beli ikan yg mahal2.

Kalo gitu, kesibukan saya apa dong?
Mau tauu.. aja! ;P

Nah, sorenya saat semua udah pada di rumah, seperti biasa kami ngobrol bersama di meja makan.
"Pah, besok masih libur engga?" Kata mamah

Mungkin karena merasa bahwa Mamah akan mengajaknya rekreasi berdua, Papah dengan bijaksana menjawab sambil senyam-senyum
"Engga sih, tapi bisa kok meliburkan diri"

Sambil tersenyum penuh kemenangan Mamah membalas
"Oh kalo gitu, besok kita beresin rumah bareng2 ya?"

Papah pun salah tingkah, karena sulit untuk menarik kembali ucapannya

Dalam hati saya berkata
"Biarlah Pah, biar makin mesra..."

Btw, besok saya pura2 sibuk ah :D :D :D

Rabu, 09 Januari 2008

BELAJAR MENJADI KAKAK YANG BAIK

Sudah dari pekan lalu Mamah berpesan
"Aa, si Ade lagi libur, tolong manfaatkan momen ini biar kamu lebih deket sama dia"

Sambil males
"Insya Allah Mah"

Maka saya pun mulai merancang dalam benak, kira2 ngapain aja ya pekan ini bareng Tria, adik terkecil saya yang udah kelas 2 di SMP 5.

Dipikir2 bener juga saya harus lebih deket sama si Ade. Sehubungan dia udah mulai puber. Bisi terjerumus ke durjananya arus remaja masa kini, hehehe... hiperbolis banget!

Nah, akhirnya senin kemarin saya bonceng dia pake motor. Hanya berdua. Biarlah jika orang mencurigai saya yg bertampang seram ini seorang pedofil :D

Yang penting saya bisa deket sama Tria!

Saya denger kabar dari Mamah, katanya si Ade lagi naksir cowok. Wah sama dong dengan saya :D Nah, daripada saya nasehatin berduaan dengan kondisi serius dan tegang, mending saya bawa aja ke toko buku.

Sekitar jam 9-an saya bawa dia ke Togamas. Suruh dia milih sendiri. Karena, setahu saya dia hobinya baca buku2 karangan aktivis FLP.

Ternyata iya, dia beli 2 buku tentang Jomblo dan Ramalan Bintang. Alhamdulillah, sesuai skenario yang tergambar di benak saya. Tria terjebak juga ;)

Dari sana sekitar jam 10-an saya bawa dia ke kantor Delicopy. Kebeneran mesin lagi rusak. Nah sambil nunggu teknisi, saya jelasin ke dia gimana cara pencatatan keuangan dan mendeteksi kerusakan mesin.

Saya sih engga ngarep dia bakalan ngerti atau tertarik, yang penting saya jadi banyak ngobrol sama dia, dan saya bisa jadi figur kakak yang bisa dijadikan teladan olehnya. Amin..

Nah jam 11-nya saya ajak dia makan siang bareng. Sambil berencana akan ngobrol dengan suasana yang lebih personal. Awalnya Tria saya tawarin ke Gelap Nyawang biar deket Salman karena udah mau Dzuhur. Tapi akhirnya kami memutuskan untuk ke Clemmons deket RS. Borromeus.

Disana kami layaknya pasangan yang mesra -dgn usia & tinggi badan yg kontras tentunya- engga kalah sama anak2 UNPAD yang makan siang sambil ketawa-ketiwi disana. Ternyata bener, obrolan bisa lebih personal kalo dilakukan sambil makan.

Hingga akhirnya saya nyatakan padanya *halah*

"De, dibanding kakaknya temen2 kamu, Aa udah jadi kakak yang baik belum?"

Dan Tria pun menjawab pertanyaan gombal tersebut sambil pura2 memuntahkan minumannya dari mulut. Hoeek...

"Dasar gengsian luh!" Kata Saya sambil tertawa lebar

NB - Gambar diatas emang engga nyambung sama cerita ini ;P Jadi, sore-nya saya jadi kelinci percobaan mahasiswa psikologi UNISBA dalam menjalani Roscharch Test. Saya disuruh mendeskripsikan cipratan tinta, dimana deskripsi saya akan menggambarkan kepribadian saya.

Saya agak nyesel juga sih. Karena sementara kelinci percobaan yg lain hanya menyebutkan 2-3 deskripsi dalam sebuah gambar, saya mah bisa sampe 16 deskripsi dalam satu gambar. Tesnya jadi lama pisan! Biasalah, pengen beda dan gaya :D :D :D

Lumayan, saya dihadiahi buku Ahmadinejad sama mereka, hehehe...

4 PERNIKAHAN DALAM 4 HARI BERTURUT-TURUT

Wah bulan januari ini memang beda. Dari minggu kemaren, kalo ditanyakan pada saya "Lagi sibuk apa gah?"

Dengan mantap akan saya jawab "Saya lagi sibuk ngehadirin resepsi nikah, memenuhi amanat sambil 'memenuhi amanat'"

Loh, yg ditebelin pake tanda kutip maksudnya apa?

Tidak lain dan tidak bukan memenuhi amanat dari papah tercinta yang wanti2 memberi wejangan "Gah, manfaatkan momen ini untuk mencari calonmu, karena dalam resepsi, para undangan wanita biasanya akan datang dengan penampilan terbaiknya"

Hehehe...
Si papah aya-aya wae!

Berikut adalah daftar teman2 yg saya hadiri undangannya

1. Karti & Eko
Diadakan pada hari jumat di Islamic Center Bekasi. Karti adalah seorang akhwat yang ngajak saya untuk aktif di Unit Keislaman kampus kami. Saya ke Bekasi bareng mobil temen, lebih tepatnya rombongan para akhwat. Saya ikhwan sendirian hanya ditemani pak supir.

Alhamdulillah, saya merasa nyaman dan akrab dengan mereka sepanjang perjalanan. Padahal biasanya diem melulu atau bahkan tidur selama perjalanan. Di nikahan ini sempet sih ada yang ayah saya amanatkan, tapi saya engga serius ngejarnya, emang copet ;P

2. Helma & Feny
Diadakan pada hari sabtu di Hotel Bumi Asih Jaya Sukarno Hatta. Kang Helma adalah seseorang yang berjasa dalam mengembangkan potensi kepemimpinan saya sewaktu berorganisasi di kampus. Istri beliau merupakan teman SMA-nya.

Saya telat kesana, walau pas nyampe cukup terharu. Karena, masih banyak teman2 yg belum pulang dikarenakan menunggu kehadiran saya untuk foto bareng. Duh senangnya, serasa selebritis yang dinanti para fans hehehe...

3. Anak laki2nya Bu Jaiman (lupa namanya)
Diadakan pada hari ahad di rumah beliau daerah muhammad toha. Bu Jaiman adalah kepala koki di katering milik nenek saya. Jago masak lah pokoknya. Kami sekeluarga kesana.

Disana saya duduk makan sambil mendengarkan dangdut live music. Saya sejujurnya agak tersiksa dengan kebisingan dan keseronokan acara tersebut. Apalagi sistem sawerannya.

Tapi ada yang lucu, kan biasanya ada beberapa undangan yg naik ke panggung utk ikut joged sambil nyawer tuh. Rata-rata mereka menggenggam uang berwarna biru 50 rebuan, tapi eh ternyata, yang dikasiin ke sang biduanita mah biasanya uang biru lecek sarebu doang. Kecian banget gitu loh!

4. Bram & Reny
Diadakan pada hari senin di kediaman mempelai pria. Bram adalah temen SMA yang sama2 aktif di DKM dulu.

Tempat resepsinya nun jauh di Cilebak daerah terusan Cibaduyut. Untuk kesana, kami sampe nyasar2 dulu. Tapi yang menyenangkan, saya menikmati pemandangan Bandung yg masih asri disana. Saya bisa ngeliat kolam ikan, sawah, dan sungai yang masih bersih, subhanallah pokoknya mah. Nah, saya kesana barengan sohib, Pri.

Mengomentari kesederhanaan resepsi tersebut, dia berkomentar "Nah Gah, harusnya kita tuh ngedatengin resepsi yang ginian, sederhana dan insya Allah berkah"

Dalam statement ini, Pri terlihat bijaksana.

Tapi pulangnya dia mengeluh, sambil mengomentari kehadiran temen2 SMA kami yg sudah membawa calon istri masing2. "Gah, orang lain mah udah punya pasangan, lah kita? Duaan lagi, duaan lagi..." :D :D :D

---

Yah begitulah pengalaman saya dari resepsi ke resepsi. Tanggal 20 ini masih ada lagi undangan nikah dari Mona & Hisyam. Temen saya adalah Mona, gadis keturunan Yaman yang menjadi pengajar privat di lembaga kami.

Nah, pagi ini ada tawaran lagi dari Irma. Temen seangkatan di STMB. Irma meminta saya untuk jadi pager bagus di nikahan kakaknya tanggal 26 nanti.

Duh Gusti...
Pertanda apa lagi yang hendak Engkau tunjukkan padaku kini ;)

Senin, 07 Januari 2008

PAPAHKU TELADANKU

Kalau mamah memiliki karakter tekun, maka karakter khas yang ada pada diri papah adalah jiwa sosialnya.

Dari beliau pula saya belajar bahwa keteladanan jauh lebih mengena, dibandingkan semburan nasihat.

Dulu, papah adalah seseorang yang sangat reaktif, mudah naik darah. Beliau pernah menampar saya yang masih balita imut2, menyeburkan tubuh saya ke bak mandi karena mogok sekolah saat TK, melemparkan piring saat berselisih dengan mamah, mengerem mobil hingga berdecit saat menyetir sambil dinasihati mamah, dan sebagainya.

Tapi itu dulu, beliau kini sudah banyak berubah.

Saya ingat dulu ketika awal-awal mengikuti mentoring di masjid dekat rumah. Dan, dari mentoring tersebut saya pun menjadi tertarik mengikuti kajian umum yang biasanya dihadiri bapak2 setiap jumat bada maghrib.

Mungkin, karena merasa malu pada anaknya yang baik hati dan tidak sombong ini (amiiin) Papah pun mulai mencoba2 untuk hadir di kajian tersebut.

Alhamdulillah, karena ternyata materi dan pematerinya mampu menggerakkan hati beliau. Sikap dan perilaku beliau makin tidak reaktif seperti dahulu lagi.

Selain pasca ibadah haji, mungkin masa2 ikut pengajian ini adalah titik baliknya untuk semakin dekat pada Agama.

Kembali ke karakternya yang berjiwa sosial.

Saya ingat betul saat beliau mengajak saya untuk mengantar dan membayarkan biaya Pak Karmawan untuk terapi ke tukang urut. Pak Karmawan adalah jamaah masjid senior yang tinggal di dekat masjid.

Saya heran, kok mau2nya papah mengantar beliau jauh2 ke daerah Cicaheum. Padahal, kenal dekat saja tidak.

Tapi begitulah, mungkin hati papahku memang lembut, sehingga tidak banyak pertimbangan dalam menolong sesama.

Papahku pun jarang qurban di masjid rumah. Karena beliau tahu, bahwa takmir masjid yang biasanya pulang ke desa, tentu lebih membutuhkan dibandingkan jamaah masjid dan warga di kompleks perumahan kami.

Maka, biasanya papahku pun menitipkan uangnya untuk dibelikan hewan qurban di desa takmir mesjid tersebut.

Memang saya akui, beliau memiliki kemampuan untuk melihat kebutuhan seseorang, yang luput dari pandangan orang lain.

Saya juga pernah menyaksikan sendiri, sebuah momen yang membuat saya bangga memiliki orangtua seperti beliau. Yaitu, saat beliau mengamati bahwa seorang hansip bernama Pak Ajat ternyata jarang sholat.

Maka beliau pun meminta mamah untuk membeli seperangkat alat sholat, tentunya bukan untuk melamar anak gadis Pak Ajat untuk jadi calon istri saya.

Ternyata sarung dan baju koko tersebut untuk dihadiahkan kepada Pak Ajat.

Saya melihat dengan mata kepala sendiri saat selepas sholat, papah memanggil Pak Ajat dan hanya berkata ringan sambil memberikan kadonya "Pak Ajat, dimulai ya?"

Dan Alhamdulillah, Pak Ajat pun seketika berubah menjadi jama'ah setia shalat shubuh di masjid kami.

Cerita diatas belum selesai, karena masih ada satu cerita lagi.

Ramadhan kemarin, aktivitas saya lumayan padat, dan saat saya baru pulang ternyata ada seseorang yang menanti di depan rumah kami membawa secarik kertas.

"Dek, saya disuruh bapak kesini, menukarkan kupon ini"

"Oh, sebentar ya Pak" Saya pun kedalam rumah sambil agak bingung

Ternyata, di belakang sudah ada tersimpan beberapa kantung plastik berisi sembako dengan masing2 diberi nomer dan nama penerima.

Ramadhan itu, Papah dan mamah tanpa sepengetahuan saya telah menjadikan rumah kami sebagai tempat bakti sosial kecil2an.

Siapa sih anak yang tidak bangga punya orangtua seperti beliau.

Kini Papah sudah banyak berubah, dan saya paham bahwa semuanya tidak dibangun dalam satu hari saja. Keteladanan-lah yang memiliki peran besar dalam hal tersebut.

Saya berusaha menjadi anak yang shalih

Dan Papah pun berusaha menjadi orangtua yang shalih

Saya teringat saat berkenalan dengan seorang mahasiswa asal Jakarta yang berhasil membawa SELURUH anggota keluarganya untuk menginap, ngaji, dan bertahajjud di masjid Daarut Tauhid.

Saya berkomentar

"Enak ya, punya keluarga yang sama2 kompak mau ngaji dan tahajjud bareng"

Sambil tersenyum dia menyanggah

"Kata siapa Gah? Dulu keluarga saya seperti keluarga pada umumnya, tidak taat2 amat.

Namun pelan2, saya setel radio berisi ceramah Agama di rumah.

Pelan2 saya bangunkan mereka di malam hari untuk bertahajjud.

Walau terbatas, saya belajar untuk mengimami

Saya belajar untuk memimpin mereka berdoa.

Hingga akhirnya, alhamdulillah, seperti saat ini"

Yah memang, banyak orang yang ingin merubah dunia, tapi sedikit orang yang mau merubah dirinya.

Banyak orang yang mengeluhkan kondisi keluarganya tapi dia lupa, bahwa siapa tahu keluarganyalah yang mengeluhkan kondisi dirinya.

Minggu, 06 Januari 2008

PENGASUHKU MENINGGAL DUNIA

Namanya Enin, seseorang yang mengasuh saya saat bayi dulu...

Selain mamah, beliaulah yang cukup berjasa dalam masa-masa awal kehidupan saya dahulu. Menyuapi, memandikan, dan mengganti pakaian saya sewaktu bayi adalah rutinitas yang beliau lakukan saat mamah harus bekerja di kantor di awal-awal karirnya.

Selain saya, Puput adik saya pun mengalami sentuhan yang serupa. Dan saya bersyukur, karena Enin bukanlah tipe pengasuh yang berakhlaq kurang baik seperti profil pengasuh yang kita lihat di sinetron2.

Beliau benar-benar tipe wanita yang "ndeso" dalam artian polos, sederhana, dan tulus dalam berbuat sesuatu.

Saya ingat betul kesabarannya, saat saya iri karena merasa beliau terlalu sayang sama Puput. Tanpa pikir panjang, saya yang masih balita, mendorongnya dari belakang saat Puput yang masih bayi merah sedang dimandikan.

Jelas Puput si bayi merah tersedak air hampir tenggelam, dan seingat saya saat itu Enin sama sekali tidak marah.

Namun, peristiwa itu tentu saja membuat Allah marah dan ingin memberi saya pelajaran.

Karena, berita itu pun akhirnya sampai di orangtua saya. Dan, sebuah tamparan dari papah mendarat di pipi saya.

Hidung saya pun dengan sukses mengalirkan darah. Saya bersembunyi di kamar, sambil menangis dengan keras. Menahan sakit di pipi dan terutama, di hati.

Waktu terus berjalan, dan pengasuh demi pengasuh bergantian bekerja di rumah kami.

Hingga Sabtu lalu, saat Papah mengatakan "Gah, tolong kamu urus Enin ke rumah sakit"

Ternyata Enin mengidap liver yang cukup parah. Dan, Papahlah yang selama ini tanpa saya ketahui mengurus subsidi keuangan untuk hidupnya dan membantu uang pengobatannya.

Memang, kini papahku sudah banyak berubah. Kini beliau menurut saya adalah orang yang jiwa sosialnya paling tinggi di rumah kami.

Awalnya saya ragu menjawab, walau akhirnya dengan cepat meng-iya-kan. Karena memori dengan Enin sebagai pengasuhlah yang paling menempel di benak saya. Maka saya berniat membalas kebaikan beliau dulu, dengan cara memenuhi permintaan Papah tersebut.

Saya pun berangkat bersama Pak Supir, untuk ke rumah Enin pertama kalinya.

Kami tiba di sebuah kampung di pinggiran Kota Bandung. Jalan berbatu, membuat mobil harus dikendarai secara hati-hati. Setelah mendapatkan parkir di sebuah lapangan volley, kami pun turun dari mobil.

Ternyata untuk ke rumah beliau, kami harus mendaki sebuah lembah berbatu besar. Karena pemukiman warga ternyata berkumpul diatas lembah tersebut. Dan untuk pertama kalinya saya melihat rumah Enin.

Bilik kayu, kumuh, dengan ukuran sedikit lebih besar dari kamarku.

Beliau tinggal sendiri. Walau anaknya yang laki-laki tinggal bersebelahan karena sudah memiliki anak istri.

Sebenarnya, Enin memiliki anak perempuan. Namun setahu saya, sang anak perempuan yang satu ini lebih memprioritaskan diri pada suaminya dengan tinggal di luar kota.

Saya pun bertemu dengan beliau. Dan cukup miris melihatnya. Badan kurus, kulit sangat kering dan keriput. Ditambah lagi, mata yang warnanya semakin menguning. Tanda penyakit liver akut.

Kondisi pendengarannya pun kini sudah makin parah. Kami harus berteriak cukup keras dekat telinganya bila ingin berkomunikasi dengan beliau.

Singkat cerita, hari itu saya manfaatkan betul untuk membalas budi.

Saya dibantu pak supir dan menantunya, memapah beliau masuk ke rumah sakit. Saya belajar untuk tidak gengsian, karena memapah seorang nenek yang "ndeso" ke dalam ruangan periksa dokter.

Saya yang memiliki karakter tidak sabaran, memaksa diri untuk rela menunggu antrian dokter di rumah sakit kabupaten.

Lamanya penantian untuk mengambil obat di apotek pun seolah biasa saja bagi saya yang biasa tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu.

Disana saya pun belajar bagaimana memanfaatkan fasilitas askes bagi pasien yang tergolong tidak mampu. Ternyata prosesnya sederhana. Dan angka yang ditanggung askes pun dapat dikatakan lumayan untuk meringankan biaya pembelian obat.

Singkat cerita, proses penjemputan, kontrol dokter, pembelian obat, dan pengantaran pulang ke rumah Enin berjalan dengan lancar. Alhamdulillah, hari itu perasaan saya tiba2 saja lumayan plong.

Hingga hari ini, jam 9 pagi, saat saya sedang berolahraga di Batununggal.

Sebuah SMS masuk dari papah, dan isinya diawali dengan kalimat istirja'.

Ternyata, tadi pagi jam 7 Enin meninggal

Kami sekeluarga memutuskan untuk bertazkiyah ke lokasi. Saya menjadi supir, karena sudah pernah kesana sebelumnya.

Rombongan keluarga kami diterima oleh menantu Enin. Dan seperti umumnya obrolan dalam suasana tazkiyah. Seluruh topik mengarah kepada apa yang terjadi pada Enin sehari sebelum meninggal.

Dan miris, pas saya mendengar solusi menantunya saat Enin mulai sesak nafas di pagi hari.

Enin diminumkan air sakti dari "orang yang bisa"

Sedih sekali rasanya, saat seseorang yang kita anggap memiliki arti dalam kehidupan kita ternyata meninggal dalam kondisi yang kurang baik (menurut saya).

Beliau meninggal tanpa anak perempuan disisinya. Beliau meninggal dengan iringan shalat jenazah yang sepi, karena beliau bukanlah seorang tokoh masyarakat. Dan, beliau meninggal setelah meminum air yang secara aqidah mengarah pada kemusyrikan.

Miris, sungguh miris.

Akhirnya kami sekeluarga meminta agar bisa ikut menyolatkan Enin di masjid terdekat.

Dalam hati saya berharap agar Allah menerima amal beliau, khususnya saat menjadi pengasuh kami.

Saya juga berharap Allah mengampuni dosa beliau, khususnya dalam amal perbuatan yang ilmunya belum sempat tersampaikan pada beliau. Amiin...

Pagi ini Enin meninggal, dan walau airmata tak mengalir saya tetap menggumamkan,

Inna lillahi wa inna ilahihi raji'un
Semuanya milik Allah dan akan dikembalikan lagi ke Allah

Saya dan Anda pun, akan kembali pada Allah juga kan akhirnya?
Moga husnul khatimah-lah yang kita raih, amiin...

Jumat, 04 Januari 2008

3 CIRI SESEORANG SUDAH MENJADI SOBAT KITA

Saya yakin di media sudah bertebaran tulisan serupa. Dan memang, tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman sederhana aja. Engga usah dianggap serius2 banget, apalagi sampai dibahas bersama-sama dalam sebuah panel :P

Nah, tulisan saya disini akan menjawab apakah orang yang kita kenal dari dulu hanya sekedar teman ATAU sudah meningkat statusnya menjadi sahabat?

Cirinya menurut saya adalah

1. Sudah saling berkunjung ke rumah masing-masing
Agak aneh kan jika kita mengaku kenal dekat dengan seseorang, sudah bergaul lama dengannya, tapi sama sekali belum pernah berkunjung ke rumahnya!?

Saya rasakan secara pribadi, bahwa saat ada seorang teman yang berkunjung ke rumah kita, ada perasaan yang berbeda. Seolah sekat/batas di dalam hati kita padanya terbang begitu saja. Kita akan menjadi jujur apa adanya pada dia.

Seorang sahabat sejati tidak akan pernah ragu berkunjung walau gunung kan kudaki (asal gunungnya rendah) dan lautan harus kuseberangi (asal lautnya dangkal). Cieh...

Biasanya setelah kunjungan, kita suka engga sabar ingin berkunjung balik ke rumahnya. Apalagi kalo ngedenger kalo orangtuanya adalah pengusaha catering. Mak nyus!

2. Saat di rumah sang sobat, kita sudah tidak canggung lagi sama keluarganya
Wajar apabila kunjungan pertama masih menimbulkan kecanggungan dalam sikap kita. Jadi tentu saja, ketidakcanggungan kita dengan keluarganya adalah dampak dari kunjungan yang tidak sekali dua kali.

Ciri tidak canggung adalah, kita bisa dengan nikmat mengobrol dengan orangtuanya walaupun sobat kita tidak ada di tempat.

Selain itu, kita juga dengan tenang bisa menjelajah ruang-ruang dalam rumahnya tanpa gugup. Ke ruang tamu, ke ruang nonton, ke kamar mandi, ke gudang (ngapain coba?) dan sebagainya.

Bahkan tingkat tertinggi adalah, kita bisa menjadi "bagian" dari keluarganya. Ngerti kan maksudnyah ;P

3. Kita bisa dengan tenang menunaikan hajat kita di rumahnya
Heuy! Hajat disini diartikan luas ya. Maksudnya bisa aja hajat kita adalah lapar, kita sudah tidak gentar lagi mengambil piring di dapurnya (setelah izin tentunya). Atau hajat kita adalah istirahat, maka kita sudah rileks untuk mengambil posisi tidur tanpa jaim di kamarnya.

Atau yang tingkat tinggi, misal hajat kita adalah peningkatan iman, maka kita sudah tidak ragu lagi untuk wudhu dan tahajjud/dhuha di rumahnya.

Dan yang engga kalah pentingnya emang menunaikan hajat yang "itu". Karena ciri bahwa kita sudah nyaman dengan sebuah lingkungan adalah : kita bisa dengan mudah menunaikan hajat "paling esensial" kita tanpa malu-malu disana.

NB - Kalo diatas tulisannya tentang meningkatkan status dari teman menjadi sahabat. Gimana ya, cara meningkatkan status dari teman menjadi "pendamping" hehehe....

Kamis, 03 Januari 2008

MUNGKIN AKU BUKAN ANAK GAUL

Kau tahu Gah,
Luasnya pergaulan bukanlah faktor yang menenteramkan

Merasa cukuplah
Saat kau sedang sendiri, dalam rutinitasmu

Tiba-tiba dia yang pernah kau kenal dulu

Meminta telingamu untuk menyimak hatinya

Merasa cukuplah
Saat kau sibuk bergumul dengan dirimu, dalam hari-harimu

Tiba-tiba dia yang lama tak menghubungimu

Meminta lisanmu untuk menyejukkan gelisahnya

--Terimakasih kawan, untuk siang tadi...

Rabu, 02 Januari 2008

PPKn : HIDUP HEMAT

Seperti biasa, pelajaran PPKn senantiasa memberikan kami pengalaman berharga mengenai kehidupan yang ideal :) Dan berikut saya sampaikan salah satu fragmennya

Ibu Boston :
Coba, siapa yang bisa mencontohkan perilaku hemat dalam kehidupan sehari-hari?

Kelas 2-6 : *Terdiam, saling melirik sekeliling, berharap dirinya bukan korban*

Ibu Boston : Yah, coba kamu saja *menunjuk dengan kejam kearah diriku*

Agah : Emm... Contoh hidup hemat dalam keluarga saya, dulu ayah pernah mengajarkan, bahwa sebelum membeli sesuatu, saya harus mikirin dulu sepuluh kali, apakah barang itu penting atau tidak *sambil super gugup dan tegang*

Ibu Boston : Wah, begini nih, baru kali ini ibu mendapati anak muda yang masih teguh memegang pesan orangtuanya *terpukau*

Agah : *senyam -senyum bangga, padahal tadi cuman asbun*

Cerita diatas adalah pengalaman nyata waktu pelajaran PPKn pas kelas 2 SMAN 8. Ibu Boston adalah guru PPKn kami yang memiliki hobi menceritakan kehebatan anaknya yang kuliah di Boston. Jujur, saya lupa nama asli beliau, maaf ya bu!

AMAL BERBUAH AMAL

Hari ini, saat membaca tafsirnya Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa'di dalam ayat ke 10 surat Al Baqarah disebutkan

"Fii Quluubihim Maradhun, fa zaadahumullahu maradhaa" Dalam hari mereka ada penyakit, maka Allah menambah penyakitnya

Beliau menafsirkan ayat ini : Maka hukuman bagi kemaksiatan adalah kemaksiatan setelahnya. Sebagaimana balasan kebaikan adalah kebaikan setelahnya

---Bagian di bawah ini boleh diterima, boleh ditolak---

Nah, timbul pertanyaan. Jika balasan kebaikan adalah kebaikan setelahnya, mengapa ada orang baik yang hidupnya (terlihat) susah? Dia rajin ibadah, tapi hidupnya (terlihat) serba sulit. Seolah kebaikannya tidak berbuah?

Saya berkesimpulan dalam melihat kasus diatas bahwa :

1.Allah sayang padanya, dan dia diuji, apakah dengan kesulitan hidup ibadahnya tetep rajin

ATAU BISA JUGA

2.Allah ingin mengingatkannya, bahwa ibadah/perbuatan baik itu bukan cuma ritual saja, bahwa berikhtiar menjemput rezeki dengan berbagai cara dan metode yang halal merupakan perbuatan baik yang bernilai ibadah juga

Maksudnya begini, mungkin ada diantara kita yang saat beribadah ritual seolah-olah pikiran dan perasaan kita menjadi begitu dekat dengan Allah. Tapi saat diluar ibadah ritual tersebut, seolah-olah Allah menghilang dari pikiran dan perasaan kita.

Jika balasan atas kebaikan, adalah kemudahan dalam melakukan kebaikan setelahnya. Maka balasan atas dilakukannya ibadah, adalah kemudahan dalam melakukan ibadah lainnya.

Jika kita menganggap shalat adalah ibadah, dan menjemput rezeki/ikhtiar bukanlah suatu ibadah. Ya jelas, Allah tidak akan memudahkan apa yang memang bukan kita niatkan sebagai ibadah.

Jelas aja kalo hidup kita (serasa) susah melulu.

Dan menurut saya, yang beginian-lah yang namanya sekuler itu

Wallahu'alam

NB :
Beberapa artikel terkait diantaranya adalah
- Euforia Go Spiritual di Dunia Bisnis
- Sukses Dengan Pendekatan Ibadah

Selasa, 01 Januari 2008

OBROLAN KOCAK DI MOBIL

Di rumah saya sedang berkumpul banyak saudara-saudari diantaranya adalah keluarga Tante Renny dari Lampung. Beliau memiliki anak perempuan berusia 2 tahun 10 bulan. Kami biasa memanggilnya De Alya.

Nah...

Setelah beberapa hari sebelumnya rekreasi bersama ke Taman Safari. Hari ini kebeneran kami jalan bareng dalam satu mobil untuk silaturahim ke kerabat lainnya di Bandung. Tentu saja di mobil, De Alya yang notabene paling imut nomer dua *setelah saya :P* jadi pusat perhatian. Dan terjadilah obrolan kocak berikut ini

Ua Nanny : De Alya, kemaren seneng engga ke Taman Safari?

De Alya : *dengan gaya menggemaskan* Syeneng doong...

Ua Nanny : Kalo gitu, kemaren di Taman Safari ketemu apa aja? *maksudnya, ketemu hewan apa aja*

De Alya : *dengan lantang* Ketemu Ua Nanny

Rombongan di mobil : Huahaha.... Emangnye Ua Nanny hewan

MENIT-MENIT TAHUN (BARU) 2008

19.30 : Berangkat ke rumah ua di Pondok Hijau, silaturahim dan arisan bulanan dengan keluarga besar

20.00 : Jalanan Bandung sangat macet, tadinya mau mengindari Dago dengan belok ke Asia Afrika, taunya ga jauh beda. Macet total. Dasar orang Jakarta, bikin macet kotaku tercinta aja!!!

21.00 : Berhasil tiba di rumah ua, salam-salaman, makan malam, dan sibuk memberikan press release alasan keterlambatan pada beberapa tokoh keluarga

21.30 : Mayoritas peserta pulang, yang bertahan hanya keluarga ua dan tante dari pihak ibu saya. Dengan diiringi organ tunggal beberapa diantara kita mulai maju menyumbangkan suaranya. Sambil foto2 bareng sepupu.

22.30 : Saya dipanas2in untuk ikut nyanyi, "Ayo dong Gah, kan suara kamu bagus, gapapa kok, ini mah di depan keluarga, anggap aja ukhuwah" saya cuman menggelengkan kepala sambil tersenyum.

Di satu sisi lumayan miris atas nyanyi dan joget tersebut, tapi di sisi lain merasa bersyukur karena keluarga besar saya banyak berubah ke arah yang lebih baik dibanding tahun sebelumnya.

Secara umum tahun ini, banyak diantara kami yang mulai rajin ke kajian-kajian islam. Dan, cukup sering di dalam mobil atau di atas tempat tidur, kami membicarakan hal-hal bertemakan keislaman. Kini, yang berjilbab merupakan mayoritas di keluarga besar kami.

23.45 : Saya pulang duluan, karena menggunakan motor, sementara ibu, bapak, dan adik saya yang menggunakan mobil pulang belakangan. Alhamdulilah, diantara kami sudah bersepakat untuk tidak merayakan tahun baru karena itu termasuk tasyabuh.

Di tengah jalan hujan mulai deras. Alhamdulillah, saya pakai jas hujan dan jaket dobel. Sembari menyetir, saya amati ternyata tidak sedikit saudara kita yang merayakan tahun baru dengan bertelanjang dada berjoget diatas mobil bak. Yang lain, merayakannya bersama pasangan masing2 diatas motor.

00.15 : Ada nomer tak dikenal ngemiskol saya. Dan ga perlu membuang energi untuk menginvestigasi siapa gerangan pelakunya.

Saya nyetir motor sambil merasa kagum dalam hati. Karena setahu saya satu2nya acara counter atas hura2 yang masuk ke media hanya acaranya Daarut Tauhid.

Saya ingat ucapan Aa tadi bada subuh "Acara ini bukan dalam rangka memperingati tahun baru, ini hanyalah sebuah alternatif acara bagi masyarakat" Hmm..Saya kembali bernostalgia saat dulu begitu mencemooh acara2nya DT yang saya anggap bid'ah.

Ternyata seiring berjalannya waktu, bid'ah atau tidak dalam masalah muamalah terkadang amat bergantung pada niat. Bayangkan bila kita sibuk mencemooh acara hura2 tahun baru, tanpa sedikitpun bertindak memberi solusi. Bahkan lebih parahnya, mendoakan pun tidak.

00.45 : Tiba di rumah, dan mengetik postingan ini. Sambil mikir2, apa perlu saya bikin resolusi? Selain itu, beberapa postingan sesama blogger tentang renungan akhir tahun, lumayan membuat saya tercenung.

Tapi... daripada mumet dan tidak menghasilkan amal, mending tidur aja ah, takut subuh kesiangan :)