Hari ini, saat membaca tafsirnya Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa'di dalam ayat ke 10 surat Al Baqarah disebutkan
"Fii Quluubihim Maradhun, fa zaadahumullahu maradhaa" Dalam hari mereka ada penyakit, maka Allah menambah penyakitnya
Beliau menafsirkan ayat ini : Maka hukuman bagi kemaksiatan adalah kemaksiatan setelahnya. Sebagaimana balasan kebaikan adalah kebaikan setelahnya
---Bagian di bawah ini boleh diterima, boleh ditolak---
Nah, timbul pertanyaan. Jika balasan kebaikan adalah kebaikan setelahnya, mengapa ada orang baik yang hidupnya (terlihat) susah? Dia rajin ibadah, tapi hidupnya (terlihat) serba sulit. Seolah kebaikannya tidak berbuah?
Saya berkesimpulan dalam melihat kasus diatas bahwa :
1.Allah sayang padanya, dan dia diuji, apakah dengan kesulitan hidup ibadahnya tetep rajin
ATAU BISA JUGA
2.Allah ingin mengingatkannya, bahwa ibadah/perbuatan baik itu bukan cuma ritual saja, bahwa berikhtiar menjemput rezeki dengan berbagai cara dan metode yang halal merupakan perbuatan baik yang bernilai ibadah juga
Maksudnya begini, mungkin ada diantara kita yang saat beribadah ritual seolah-olah pikiran dan perasaan kita menjadi begitu dekat dengan Allah. Tapi saat diluar ibadah ritual tersebut, seolah-olah Allah menghilang dari pikiran dan perasaan kita.
Jika balasan atas kebaikan, adalah kemudahan dalam melakukan kebaikan setelahnya. Maka balasan atas dilakukannya ibadah, adalah kemudahan dalam melakukan ibadah lainnya.
Jika kita menganggap shalat adalah ibadah, dan menjemput rezeki/ikhtiar bukanlah suatu ibadah. Ya jelas, Allah tidak akan memudahkan apa yang memang bukan kita niatkan sebagai ibadah.
Jelas aja kalo hidup kita (serasa) susah melulu.
Dan menurut saya, yang beginian-lah yang namanya sekuler itu
Wallahu'alam
NB :
Beberapa artikel terkait diantaranya adalah
- Euforia Go Spiritual di Dunia Bisnis
- Sukses Dengan Pendekatan Ibadah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar