Makassar, ia hanya sebuah kata-kata beberapa bulan yang lalu. Dan kini, kata-kata tersebut sudah bertransformasi menjadi pengalaman, dan hikmah yang nyata terasa.
Seperti tulisan sebelumnya, saya benar-benar merasa keberangkatan ini merupakan hadiah tak terduga dari Allah. Dulu, saat rombongan Wahdah Bandung diundang untuk muktamar nasional disana, saya termasuk delegasi yang tidak ikut. Karena peran saya kurang strategis, dan saya maklumi hal itu.
Saya berangkat karena diminta oleh ibu untuk mendampinginya mengikuti semacam kongres Serikat Karyawan Telkom. Sesuai tabiat manusia, siapa sih yang akan menolak tawaran gratis?
Kami take off sore hari dari Bandara Sukarno Hatta menggunakan Lion Air, yang dengan gembar-gembornya mengaku bahwa maskapai ini adalah pengguna pertama pesawat Boeing Seri XXX di dunia. Emang penting gitu?
Penting, karena sesuai tabiat konsumen menurut Pak Tung Desem Waringin dalam Marketing Revolutionnya. Bahwa di era information overloaded saat ini, konsumen hanya akan tertarik pada penawaran yang dibumbui kata-kata "Terbaru" "Terlaris" "Gratis" dan "Berhadiah" betul kan? Ngaku aja lah :D :D :D
Kok jadi melebar....
Nah, karena saya memiliki sedikit hubungan kekerabatan dengan beruang kutub, maka baru beberapa menit pesawat lepas landas, saya pun berhibernasi. Dan tiba-tiba ibu menggoyang-goyang badan saya sambil mengucap takjub "Aa, liat keluar!"
Subhanallah, senja yang sangat indah. Semburat matahari menyelusup ke sela-sela awan yang mulai gelap. Lembayung, inilah yang disebut lembayung senja! Ditambah lagi gundukan awan dan langit yang lapang. Jika langit adalah laut, dan awan adalah karang, maka kami serasa berlayar di samudera keunguan.
Larut malam kami mendarat di Bandara dengan nama Hasanuddin, untuk mengenang mujahid tanah ini yang mati demi kalimatul haq. Makassar, kami tiba! Dan kehadiran kami dijawab dengan sepoi-sepoi angin laut, gerah namun tetap ramah.
Yang menjemput kami disana adalah Pak Herlan, GM Telkom se-Kawasan Timur Indonesia (KTI). Beliau adalah sahabat ibu saya saat sama-sama menyesaikan S2nya di STMB TELKOM. Dan, saya sangat terkesan dengan Pak Herlan ini. Walaupun jabatannya sangat tinggi -bayangkan, cakupan otoritasnya se-KTI- beliau sangat ramah, bicaranya mengalir, dan benar-benar memuliakan tamunya, kami ini.
Kami menginap di Hotel Singgasana, dulu bernama Marannu kalo tidak salah. Dan ada yang unik disini, yaitu tidak ada lantai 13 di lift !!! Yang ada hanya lantai 1 s/d 12, dan langsung loncat ke lantai 14. Saya cuman bisa tersenyum getir. Kok orang sekaya ini -yg punya hotel- masih percaya sama hal-hal klenik dan mitos konyol Lantai 13. Kasian deh lu!
Duh mulai bingung mau cerita apa lagi hmmm...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar