Waktu itu pertengahan 2004, saat kalimat pendek ini beliau hujamkan dalam-dalam ke relung hati saya. Kalimat ini terlontar, saat saya mengeluhkan kondisi bisnis saya yang cenderung stagnan.
Konsumen tak juga bertambah, dan aliran uang dapat dikatakan seret. Waktu itu saya masih kuliah.
Beliau tidak memberikan banyak kesempatan bagi saya untuk terus mengeluh, karena kalimat itu menjadi awal kisah perjuangan hidupnya.
Konsumen tak juga bertambah, dan aliran uang dapat dikatakan seret. Waktu itu saya masih kuliah.
Beliau tidak memberikan banyak kesempatan bagi saya untuk terus mengeluh, karena kalimat itu menjadi awal kisah perjuangan hidupnya.
- Menikah disaat masih kuliah
- Masuk 'daftar hitam aktivis' saat baru merintis karir sebagai dosen
- Kondisi finansial morat-marit saat istri akan melahirkan
- Mengontrak rumah mungil, sambil mendengar pekik bayi-nya yang kelaparan
- Melihat kawan seperjuangan yang idealismenya mulai luntur satu persatu
- Berjuang sekuat tenaga untuk tetap bersih dalam mengikuti tender dari pemerintah
Hingga akhirnya Allah berkehendak,
Tender pemerintah dimenangkannya satu persatu, dan
Proyek-proyek dari pihak swasta berebutan ingin menjadikannya konsultan
Hari itu, di gedung lantai 2 kantornya, beliau mengulangi kalimat pendek diatas. Tidak meledak-ledak, namun lirih dan menyayat-nyayat.
Kini sudah 4 tahun berlalu semenjak hari itu. Kompleks Masjid Salman sudah bukan lagi tempat dimana kantor saya berada.
Saya sudah pindah, dan rutinitas awal bulan untuk membayar biaya sewa kepada beliau sudah tak pernah saya lakukan.
Entah apakah sekarang beliau masih mengenali saya bila bertemu muka di jalan. Tapi yang jelas, hari itu 4 tahun yang lalu, saya tetap mengenalnya sebagai figur lelaki sejati.
A man with dignity !
NB :
1. Beliau bukan "tokoh" yang populer di kalangan aktivis Salman
2. Mari kita dukung "no complaining year 2008"
Tender pemerintah dimenangkannya satu persatu, dan
Proyek-proyek dari pihak swasta berebutan ingin menjadikannya konsultan
Hari itu, di gedung lantai 2 kantornya, beliau mengulangi kalimat pendek diatas. Tidak meledak-ledak, namun lirih dan menyayat-nyayat.
Kini sudah 4 tahun berlalu semenjak hari itu. Kompleks Masjid Salman sudah bukan lagi tempat dimana kantor saya berada.
Saya sudah pindah, dan rutinitas awal bulan untuk membayar biaya sewa kepada beliau sudah tak pernah saya lakukan.
Entah apakah sekarang beliau masih mengenali saya bila bertemu muka di jalan. Tapi yang jelas, hari itu 4 tahun yang lalu, saya tetap mengenalnya sebagai figur lelaki sejati.
A man with dignity !
NB :
1. Beliau bukan "tokoh" yang populer di kalangan aktivis Salman
2. Mari kita dukung "no complaining year 2008"
3 komentar:
Setuju kang.. tapi klo kata saya mah adakalanya kita itu jangan menutup mata untuk beberapa hal yang memang terkadang kita dituntut untuk tahu banyak tentang suatu hal, walaupun itu teh belum kita butuhkan untuk diri kita sendiri (sebenarnya). tp hal itu dianggap perlu agar kita bisa proporsional dalam menghadapi suatu peristiwa (misalnya) dan kita bisa besikap lebih bijak karenanya. tapi yang jelas semua itu jangan terlalu berlebihan.. bisi ongkek!!
man, salah komentar ya :P
harusnya di artikel yg atas
"org yg mengeluh adalah org yg mengalihkan perhatiannya dari tujuan kepada masalah.."
(Mario Teguh)
smangaaatttt! ^_^v
Posting Komentar