Memang benar, bahwa salah satu cara untuk meraih surga sejak di dunia, adalah melalui hati yang senantiasa dilatih untuk bersyukur. Itu terbukti pada ramadhan kali ini yang rasanya memang begitu berbeda dengan tahun sebelumnya.
Pada awalnya, hati ini sulit untuk berhenti berkeluh kesah. Terlalu sibuk lah, ngerasa single fighter lah, lupa ibadah lah (tilawah, baca buku, dan berbagai amalan standar ramadhan), serta berbagai emosi-emosi yang ternyata memang bermuara pada satu penyakit hati : kufur nikmat.
Ya, ramadhan ini memang boleh dikatakan padat aktivitas. Saya terlibat dalam 5 kegiatan dimana mayoritasnya melibatkan saya secara teknis, yaitu :
1. Dauroh Tamhid WI Cabang Bandung (Sebagai Pembantu Umum)
2. Tarawih For Kids Masjid Al Muhajirin (Sebagai Danlap)
3. Pesantren Resmi SMAN Negeri 8 Bandung (Sebagai Murobbi)
4. Pesantren Remaja Prestatif Alumni DKM 8 (Sebagai Ketua)
5. I'tikaf Masjid Al Muhajirin (Sebagai Pembantu Umum)
Diawal-awal, saya ngerasa kok saya sibuk banget ngurusin orang lain. Kapan ya waktu buat diri pribadi. Trus, bisnis terbengkalai lagi. Khususnya pas ngerjain yang nomer 3. Selama sepekan saya ninggalin DELICOPY karena harus back to almamater. Masuk jam 7 pulang jam 13 dalam kondisi letih fisik dan mental karena ngurusin tingkah polahnya anak kelas 1 SMA yang tergabung dalam satu kelas. Dan tentu, kesemuanya ingin diperhatikan secara personal oleh akangnya ini ;)
Puncaknya adalah saat i'tikaf. Saya membentak diri sendiri. "Cukup Gah ! Sekarang waktunya kamu menyendiri, ibadah pribadi. Ngurus orang lain ada waktunya. Dan itu bukan di 10 hari terakhir" Dan kenyataan berkata lain, acara yang seharusnya sudah memiliki kepanitiaan yang jelas, ternyata tidak seperti rencana. Dan akhirnya saya ikut sibuk khususnya dalam antar jemput makanan untuk berbuka, di sebuah tempat yang agak jauh dari Masjid. Capek dan kesal bercampur jadi satu.
Dalam hati saya berkata "Kamu sibuk sendiri gah, orang lain mah sibuk ibadah, iya sih ada peluang bahwa yang memberi makan saat berbuka akan mendapat pahala setara orang yang shaum tersebut. Tapi masalahnya, kalo kamu ngga ikhlas, udah mah pahala amal sosial ga dapet, eh pahala amal pribadi ga dapet juga."
AHA ! Ternyata ini kuncinya...
Bukan apa yang kita lakukan, tapi seikhlas apa kita melakukannya
Alhamdulillah Allah ngasih hikmah lewat jalan ini. Poin pentingnya adalah, kita harus berupaya terus menerus melatih hati untuk mensyukuri peran yang SAAT INI sedang Allah karuniakan.
Dikasih sibuk ya bersyukur, dikasih lowong sehingga bisa ibadah pribadi ya bersyukur juga. Karena, nilai atas salah satu dari dua kondisi tersebut belum tentu lebih tinggi dari kondisi yang lainnya.
Maka (mungkin) diantara sikap kongkritnya adalah seperti ini
1. Buat yg sibuk :
Ya Allah semoga kesibukanku ini Engkau terima sebagai amal shalih di sisiMu. Kami belum setekun saudara-saudara kami yang berdiam di Masjid, namun bila kau nilai mereka sebagai hambaMu yang shalih, jadikanlah kami termasuk di dalamnya. Amien
2. Buat yg lowong :
Ya Allah, maaf bila kami belum bisa seperti saudara kami yang sibuk dalam urusan-urusan umat. Kami baru bisa berdiam di Masjid ini, mengurus diri kami sendiri yang penuh kekurangan. Moga engkau menerima apa yang kami lakukan di masjid ini. Bimbinglah saudara kami yang sibuk itu, agar makin dekat kepadaMu. Amien
Syukurilah apa yang Allah kasih buat kita
karena itu hasil pilihanNya yang terbaik buat kita
Alhamdulillah temanku...
Insya Allah akan Allah tambah nikmatnya jika kita bersyukur
Sebagaimana ayat berikut
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
QS Ibrahim 14 : 7
QS Ibrahim 14 : 7
2 komentar:
"Bukan apa yang kita lakukan, tapi seikhlas apa kita melakukannya"
Subhanallah, dalam banget maknanya...
Wasalam
Sony
Mudah2an bisa kita amalin tiap hari ya mas, amin...
Posting Komentar