Esok paginya, saya mulai berencana.
Hendak kemana saja saya hari ini.
Ada beberapa orang yang saya minta rekomendasinya. Yaitu mentor saya Kang Topan, sohib saya Pri, dan dua selebblog angin mamiri : Mas Awi dan Mba Deen.
Jawaban mereka menghasilkan 3 rekomendasi yaitu :
1. Silaturahim ke Ikhwah Wahdah Islamiyah
2. Traveling ke berbagai objek wisata
3. Mencicipi kuliner khas Makassar
Nah, yang pertama
Saya disarankan ke kantor WI Pusat, selain silaturahim, sekaligus melihat dengan mata kepala sendiri, apakah benar ikhwah disini dakwahnya begitu pesat berkembang. Saya tiba di Jln.Antang Raya dengan penampilan konyol khas turis yg dipastikan akan sangat mengundang perhatian para aktivis disana. Saya menggunakan tshirt berlogo Mobil Mercy, celana panjang hitam santai, sendal kasual, dan tas berlogo ESQ. Kontras banget!
Yah memang, agak salah tingkah juga menghadapi pandangan menyelidik dari ikhwah disana. Tapi saya punya kalimat sakti dengan menyebut password "Mau ketemu dengan Ustad Iskandar" Maklum, beliau salah satu pejabat teras disana. Perkenalan kami berawal saat saya mengantar beliau berkeliling di Bandung beberapa bulan yg lalu.
Dari obrolan dengan beliau, saya membenarkan bahwa WI disini memang cukup berpengaruh. Khususnya di kampus-kampus unggulan. Kesimpulan ini juga saya ambil saat melihat dinamisnya aktivitas sekretariat kantor di hari Kamis. Ustad yg bawa laptop udah ga aneh disana, keren juga! Selain itu, obrolan Ustad Iskandar pun tidak jauh dari rencana dakwah di pulau anu, provinsi anu, dan kota anu. Suka jadi malu dengan saya yg mikirnya sama, tapi kata "dakwah"nya diganti "bisnis"
Pada Ustad, saya juga tidak lupa memasukan biodata sohib saya -si Pri- yang katanya minta Akhwat Tingkat Tinggi. saya tahu permintaannya yg disampaikan via SMS itu cuman becanda. Tapi dia lupa bahwa sikap jahil saya belum hilang hingga kini, alhasil saya ga kuat nahan senyum saat Ustad mencatat biodata si Pri di buku agenda pribadinya sambil berkata "Nanti akan saya telepon dia langsung" Hahaha... Skak Mat!
Baik, yang kedua, traveling
Sebenernya selain traveling, yang menjadi tujuan utama saya kesini adalah mengamati peluang bisnis. Maka, jangan kaget kalo saya yang amat sangat jarang keliling Mall di Bandung, berhasil mengelilingi 2 Mall terbesar di Makassar dalam satu hari, yaitu Mall Panakukkang & GTC. Saya sempat menanyakan ke kantor pemasarannya tentang harga sewa lokasi disana. Tak perlulah saya sebut angkanya, karena dijamin, wajah kita akan melongo ;P belum ke-otak-an istilahnya mah.
Jujur, saya sangat tergiur akan potensi kota ini. Selama perjalanan, saya amati bahwa ada tiga daerah yang cukup strategis. Daerah Pettarani sebagai pusat perkantoran, Daerah Panakukkang sebagai pusat bisnis, dan Daerah Urip Sumoharjo sebagai pusat lembaga pendidikan. Dari hasil survey kecil-kecilan, harga sewa ruko disana cukup murah -bila dibandingkan dengan Bandung- yaitu rentang 20 s/d 50 juta pertahun. Bisnis makanan & fashion -yang perputaran modalnya cepet- cocok banget kayaknya, pikir saya.
Selain ke-dua Mall tadi, saya pun tidak ketinggalan untuk mendatangi indahnya Pantai Losari. Pantai yang beda jauh dengan bayangan saya. Pantai, menurut saya, adalah seperti Pangandaran, Pasir Putih, atau Kuta. Yaitu bisa berkecipak-kecipuk disana. Tapi Losari, adalah pantai yang ditembok, sehingga cara menikmatinya bukan dengan cara berbasah-basah. Tetapi, dengan duduk sambil lamat-lamat menatap langitnya diwaktu senja. Menghipnotis...
Oya, Somba Opu juga saya kunjungi. Katanya sih daerah ini pusat oleh-oleh. Tapi nyatanya, justru lebih banyak pedagang emas daripada toko oleh-olehnya. Disini ibu saya membeli beberapa penganan khas Makassar seperti jagung pulut kering, sagu, dodol tomat, dan otak-otak. Yah, biasa lah ibu-ibu pada umumnya. Benar-benar meresapi aktivitas yang bernama belanja.
Tidak lupa, penangkaran kupu-kupu terbesar di BantiMurung, yang katanya terbesar se-Asia Tenggara, saya kunjungi. Dan harapan yang begitu besar, karena saya membayangkan situasinya seperti di film-film. Yaitu saat menurunkan kaki dari mobil, kupu-kupu beterbangan menyambut kami, ternyata jauh dari bayangan. Kami hanya dibawa masuk ke museum, yang kelam. Berisi mayat kupu-kupu yang diawetkan formalin. Indah, namun tetap saja gersang.
Bagaimana dengan penangkarannya?
Sudah rusak, jawab pengelolanya singkat
Fiuh...
Ganti topik ah. Gimana dong dengan wisata kuliner ?
Saya sempet makan mie yang aneh. Mie Titi namanya. Jadi, si Mie-nya tuh dibuat kering kayak lidi. Terus disiram kuah berisi daging ayam dan sayuran. Kres, kres, gitu deh ngunyahnya. Mak Nyus lah!
Saya juga sempet makan Coto Makassar di Jalan apa.. gitu, lupa. Cara makannya juga unik. Jadi si Coto disajikan dalam mangkok kecil, dan dihadapan kita ada semacam ketupat. Maka, kita belah ketupatnya, ambil potongannya pake sendok, lalu celupkan ke mangkok berisi Coto. Muantap !
Saking terkenalnya, sampe-sampe menu Coto ini buat orang Sunda jadi bobodoran alias candaan. Maklum singkatan SUNDA kan, SUka bercaNDA. Beda sama orang JAWA, JAga wibaWA. Hehehe...
Asep : Apa bedanya Coto sama Soto ?
Bowo: (Serius) Coto itu kuahnya bheghini dan bheghitu sedhangken Soto bheghini dan bheghitu
Asep : Salah!
Bowo : (Yakin benar) Oh ya! Coto pake "C" sedhangken soto pake "S"
Asep : Salah juga!
Bowo : (Nyerah) Kalo bheghitu apa dhong bhedhanya ?
Asep : Soto mah pake daging sapi
Bowo : (Menyela, sok tahu) Coto pake dhaghing ayam kan ?
Asep : Salah! Soto mah pake DAGING SAPI, sementara Coto mah pake DAGING CAPI
Ok lanjut ah, becanda aja :D :D :D
Ada dua puncak kenikmatan wisata kuliner saya di Makassar, yaitu puncak dari sisi Rasa dan juga dari sisi Suasana. Dari sisi rasa, saya benar-benar puas menyantap gulai kepala kakap di Restoran beratap tenda dengan kipas angin sederhana bernama Ulu Juku. Saat disajikan, wuih...menggoda! Kuahnya diracik dengan bumbu kuning penuh rempah. Dipadu dengan daging dan lemak yang menempel di kepala ikan kakap segar. Benar-benar pas, sempurna, bintang lima!
Sementara dari sisi suasana, saya diajak ke Restoran Terapung di batas pantai Losari. Menggunakan perahu motor, kami diantar kesana. Pas benar rasanya, saat kita dibawa melihat kerlap kerlip lampu gedung dan mobil di malam hari, melalui sebuah kapal di tengah pantai. Apalagi sambil diiringi segelas bandrek hangat. Puas rasanya...
Dari perjalanan kali ini, saya makin bersyukur tinggal di Indonesia
Mungkin alasannya rada konyol, tapi biarlah. Saya bersyukur karena kita tidak perlu jauh-jauh ke Eropa atau benua manapun untuk menikmati indahnya bumi. Dengan berkeliling pulau-pulau se-Indonesia pun saya rasa sudah cukup untuk memuaskan dahaga kita.
Asal bersyukur aja, kan insya Allah akan ditambah nikmat dari-Nya. Setuju ?
Hendak kemana saja saya hari ini.
Ada beberapa orang yang saya minta rekomendasinya. Yaitu mentor saya Kang Topan, sohib saya Pri, dan dua selebblog angin mamiri : Mas Awi dan Mba Deen.
Jawaban mereka menghasilkan 3 rekomendasi yaitu :
1. Silaturahim ke Ikhwah Wahdah Islamiyah
2. Traveling ke berbagai objek wisata
3. Mencicipi kuliner khas Makassar
Nah, yang pertama
Saya disarankan ke kantor WI Pusat, selain silaturahim, sekaligus melihat dengan mata kepala sendiri, apakah benar ikhwah disini dakwahnya begitu pesat berkembang. Saya tiba di Jln.Antang Raya dengan penampilan konyol khas turis yg dipastikan akan sangat mengundang perhatian para aktivis disana. Saya menggunakan tshirt berlogo Mobil Mercy, celana panjang hitam santai, sendal kasual, dan tas berlogo ESQ. Kontras banget!
Yah memang, agak salah tingkah juga menghadapi pandangan menyelidik dari ikhwah disana. Tapi saya punya kalimat sakti dengan menyebut password "Mau ketemu dengan Ustad Iskandar" Maklum, beliau salah satu pejabat teras disana. Perkenalan kami berawal saat saya mengantar beliau berkeliling di Bandung beberapa bulan yg lalu.
Dari obrolan dengan beliau, saya membenarkan bahwa WI disini memang cukup berpengaruh. Khususnya di kampus-kampus unggulan. Kesimpulan ini juga saya ambil saat melihat dinamisnya aktivitas sekretariat kantor di hari Kamis. Ustad yg bawa laptop udah ga aneh disana, keren juga! Selain itu, obrolan Ustad Iskandar pun tidak jauh dari rencana dakwah di pulau anu, provinsi anu, dan kota anu. Suka jadi malu dengan saya yg mikirnya sama, tapi kata "dakwah"nya diganti "bisnis"
Pada Ustad, saya juga tidak lupa memasukan biodata sohib saya -si Pri- yang katanya minta Akhwat Tingkat Tinggi. saya tahu permintaannya yg disampaikan via SMS itu cuman becanda. Tapi dia lupa bahwa sikap jahil saya belum hilang hingga kini, alhasil saya ga kuat nahan senyum saat Ustad mencatat biodata si Pri di buku agenda pribadinya sambil berkata "Nanti akan saya telepon dia langsung" Hahaha... Skak Mat!
Baik, yang kedua, traveling
Sebenernya selain traveling, yang menjadi tujuan utama saya kesini adalah mengamati peluang bisnis. Maka, jangan kaget kalo saya yang amat sangat jarang keliling Mall di Bandung, berhasil mengelilingi 2 Mall terbesar di Makassar dalam satu hari, yaitu Mall Panakukkang & GTC. Saya sempat menanyakan ke kantor pemasarannya tentang harga sewa lokasi disana. Tak perlulah saya sebut angkanya, karena dijamin, wajah kita akan melongo ;P belum ke-otak-an istilahnya mah.
Jujur, saya sangat tergiur akan potensi kota ini. Selama perjalanan, saya amati bahwa ada tiga daerah yang cukup strategis. Daerah Pettarani sebagai pusat perkantoran, Daerah Panakukkang sebagai pusat bisnis, dan Daerah Urip Sumoharjo sebagai pusat lembaga pendidikan. Dari hasil survey kecil-kecilan, harga sewa ruko disana cukup murah -bila dibandingkan dengan Bandung- yaitu rentang 20 s/d 50 juta pertahun. Bisnis makanan & fashion -yang perputaran modalnya cepet- cocok banget kayaknya, pikir saya.
Selain ke-dua Mall tadi, saya pun tidak ketinggalan untuk mendatangi indahnya Pantai Losari. Pantai yang beda jauh dengan bayangan saya. Pantai, menurut saya, adalah seperti Pangandaran, Pasir Putih, atau Kuta. Yaitu bisa berkecipak-kecipuk disana. Tapi Losari, adalah pantai yang ditembok, sehingga cara menikmatinya bukan dengan cara berbasah-basah. Tetapi, dengan duduk sambil lamat-lamat menatap langitnya diwaktu senja. Menghipnotis...
Oya, Somba Opu juga saya kunjungi. Katanya sih daerah ini pusat oleh-oleh. Tapi nyatanya, justru lebih banyak pedagang emas daripada toko oleh-olehnya. Disini ibu saya membeli beberapa penganan khas Makassar seperti jagung pulut kering, sagu, dodol tomat, dan otak-otak. Yah, biasa lah ibu-ibu pada umumnya. Benar-benar meresapi aktivitas yang bernama belanja.
Tidak lupa, penangkaran kupu-kupu terbesar di BantiMurung, yang katanya terbesar se-Asia Tenggara, saya kunjungi. Dan harapan yang begitu besar, karena saya membayangkan situasinya seperti di film-film. Yaitu saat menurunkan kaki dari mobil, kupu-kupu beterbangan menyambut kami, ternyata jauh dari bayangan. Kami hanya dibawa masuk ke museum, yang kelam. Berisi mayat kupu-kupu yang diawetkan formalin. Indah, namun tetap saja gersang.
Bagaimana dengan penangkarannya?
Sudah rusak, jawab pengelolanya singkat
Fiuh...
Ganti topik ah. Gimana dong dengan wisata kuliner ?
Saya sempet makan mie yang aneh. Mie Titi namanya. Jadi, si Mie-nya tuh dibuat kering kayak lidi. Terus disiram kuah berisi daging ayam dan sayuran. Kres, kres, gitu deh ngunyahnya. Mak Nyus lah!
Saya juga sempet makan Coto Makassar di Jalan apa.. gitu, lupa. Cara makannya juga unik. Jadi si Coto disajikan dalam mangkok kecil, dan dihadapan kita ada semacam ketupat. Maka, kita belah ketupatnya, ambil potongannya pake sendok, lalu celupkan ke mangkok berisi Coto. Muantap !
Saking terkenalnya, sampe-sampe menu Coto ini buat orang Sunda jadi bobodoran alias candaan. Maklum singkatan SUNDA kan, SUka bercaNDA. Beda sama orang JAWA, JAga wibaWA. Hehehe...
Asep : Apa bedanya Coto sama Soto ?
Bowo: (Serius) Coto itu kuahnya bheghini dan bheghitu sedhangken Soto bheghini dan bheghitu
Asep : Salah!
Bowo : (Yakin benar) Oh ya! Coto pake "C" sedhangken soto pake "S"
Asep : Salah juga!
Bowo : (Nyerah) Kalo bheghitu apa dhong bhedhanya ?
Asep : Soto mah pake daging sapi
Bowo : (Menyela, sok tahu) Coto pake dhaghing ayam kan ?
Asep : Salah! Soto mah pake DAGING SAPI, sementara Coto mah pake DAGING CAPI
Ok lanjut ah, becanda aja :D :D :D
Ada dua puncak kenikmatan wisata kuliner saya di Makassar, yaitu puncak dari sisi Rasa dan juga dari sisi Suasana. Dari sisi rasa, saya benar-benar puas menyantap gulai kepala kakap di Restoran beratap tenda dengan kipas angin sederhana bernama Ulu Juku. Saat disajikan, wuih...menggoda! Kuahnya diracik dengan bumbu kuning penuh rempah. Dipadu dengan daging dan lemak yang menempel di kepala ikan kakap segar. Benar-benar pas, sempurna, bintang lima!
Sementara dari sisi suasana, saya diajak ke Restoran Terapung di batas pantai Losari. Menggunakan perahu motor, kami diantar kesana. Pas benar rasanya, saat kita dibawa melihat kerlap kerlip lampu gedung dan mobil di malam hari, melalui sebuah kapal di tengah pantai. Apalagi sambil diiringi segelas bandrek hangat. Puas rasanya...
Dari perjalanan kali ini, saya makin bersyukur tinggal di Indonesia
Mungkin alasannya rada konyol, tapi biarlah. Saya bersyukur karena kita tidak perlu jauh-jauh ke Eropa atau benua manapun untuk menikmati indahnya bumi. Dengan berkeliling pulau-pulau se-Indonesia pun saya rasa sudah cukup untuk memuaskan dahaga kita.
Asal bersyukur aja, kan insya Allah akan ditambah nikmat dari-Nya. Setuju ?
4 komentar:
mie titi teh mirip sama ifumie bukan gah? kriuk2 gitu kan...
btw oleh2 buat saya mana?
*nagih*
ifumie ?
saya mah belum pernah makan, perasaan
jadi ga tau yg gimana ifumie teh
oleh2 ?
minta aja ke ibu saya :D :D :D
Hmmm...baca ceritanya kang agah jadi kangen balik ke makassar..ternyata buanyak yang terlupakan...
Tengkyu laporanny kang... :)
siips bagus..
Posting Komentar