Senin, 31 Desember 2007

FOKUS PADA APA ?

Disadari atau tidak, saya memiliki beberapa kenalan yang saat dia berbicara, maka seolah filter yang ada di otak saya meregang.

Maksudnya, apa-apa yang dia bicarakan akan dengan mudahnya merasuki paradigma saya, dan memiliki durasi cukup lama untuk disimpan rapi di dalam memori.

Alhamdulillah, kenalan-kenalan saya tersebut adalah orang baik. Bisa berabe dong kalo misalnya dia ngomong yang aneh-aneh, dan dengan mudah saya turuti seratus persen.

Salah satu kenalan yang tiap untaian katanya mempengaruhi sikap saya adalah Kang Asep Nurmulia. Beliau adalah kakak kelas saya sewaktu di SMA. Usia kami berbeda dua tahun. Dan lulus SMA, dengan berani, beliau memutuskan untuk menikah.

Yang khas dari beliau adalah skill-nya yang unik, yaitu mampu mengakrabkan diri kedalam sebuah komunitas yang tidak dikenalnya dan dengan cepat menjadi orang yang berpengaruh di komunitas tersebut.

Nah kemarin saat menjelang natal orangtua dan adik saya sedang keluar kota karena ada acara keluarga. Rumah sepi, maka saya berinisiatif mengundang beberapa teman dekat untuk menginap di rumah saya. Kang Asep salah satu diantaranya.

Seperti biasa, obrolan ngalor-ngidul berlangsung hingga larut malam. Dan keluarlah sebuah kalimat yang pengaruhnya cukup kuat bagi jiwa saya saat ini. Yaitu,

Fokuslah pada apa yang Allah mudahkan untukmu!

Kalimat ini seolah menjadi jawaban atas kekeliruan alam bawah sadar saya yang memiliki paradigma memulai segala sesuatunya dari nol. Padahal ini adalah konyol dan ciri tidak bersyukur.

Contoh, kita memiliki keinginan untuk merintis usaha sendiri. Nah, yang pertama kita lihat harusnya adalah "Apa yang Allah mudahkan bagi kita, dan itu bisa mendukung kita dalam merintis usaha"

Jika ternyata kita berasal dari keluarga pendidik dimana banyak diantara keluarga kita yang berprofesi sebagai guru dan dosen, mengapa tidak merintis bisnis di bidang pendidikan misalnya.

Kan bakalan banyak yang bisa kita mintai nasihat. Apalagi kalo kita butuh modal, tentu mereka akan lebih mudah memodali karena mereka paham tentang bisnis apa yang kita jalankan.

Kadang, memulai dari nol adalah bentuk pemuasan terhadap ego. Memulai dari nol pun biasanya adalah ajang pembuktian diri.

Nah ada kasus, tidak jarang kita mendengar kisah seorang pengusaha yang berasal dari keluarga pebisnis garmen, malahan merintis bisnis roti dan jual beli kayu. Walau akhirnya dalam perjalanan, dia memutuskan untuk kembali ke bisnis garmen.

Sebenarnya ini kisah nyata nomer 10 dari guru kita lho :)

Contoh lain, kita memiliki keinginan untuk menolong orang. Intinya kita pengen berbakti, baik lewat pendidikan, lewat ekonomi, lewat kesehatan.

Nah, yang seharusnya menjadi fokus kita adalah bukan melihat ke luar dan mencari-cari LSM, Ormas, atau apapun yang membuat kita perlu meluangkan waktu untuk menyesuaikan diri terlebih dahulu.

Mengapa kita tidak fokus pada apa yang Allah mudahkan. Di rumah ada orangtua, adik, dan kakak. Kita juga punya teman dekat yang hatinya sudah nyambung sama kita. Atau bapak ibu tetangga yang sudah menganggap kita anak sendiri.

Masa sih mereka engga butuh pertolongan, pasti ada aja yang perlu kita bantu untuk mereka. Cuman kitanya aja suka sok-sok berpikir besar, biar keren.

Saya simpulkan, dengan berfokus pada apa yang Allah mudahkan, alias memulai dengan apa yang ada, maka energi kita akan lebih dihemat. Baik hemat waktu, hemat tenaga, hemat pikiran. Dan insya Allah dijalaninya pun akan lebih nikmat, dan menyenangkan.

Bakalan lebih enjoy kan...

Terakhir, kayaknya mencari calon istri pun harusnya kita fokus pada apa yang Allah mudahkan ya? Daripada pusing-pusing nyari ke yang "jauh" lebih baik kita investigasi lagi, siapa saja teman dan kenalan kita yang kira-kira paling pas ditingkatkan statusnya untuk menjadi pendamping hidup kita.

Jadi -ehm ehm- adakah yang mau sama saya?
Mau sama-sama belajar fokus pada apa yang Allah mudahkan maksudnyah ;P

NB :
Beberapa persamaan paradigma dari tulisan ini diantaranya adalah
- Mulailah dengan apa yang ada, jangan memulai dari nol
- Apa yang ada di genggaman kita lebih berharga daripada angan-angan semu

Tidak ada komentar: