Saya ingin cerita tentang salah satu sahabat baru saya yang kisah perkenalannya cukup unik, saya namakan "Tragedi Panci"
Pertama, saya berkunjung ke blog beliau
Kedua, saya undang beliau untuk gabung milis TDA Bandung
Ketiga, saya chatting dengan beliau
Keempat, kami janjian untuk ketemuan di RK
Kelima, gara2 panci kami jadi makin erat silaturahimnya
Namanya Kang Agus Ramada, profesinya petani dan peternak, bahasa kerennya Agropreneur. Rumah beliau ada di bekasi, tapi waktunya lebih sering dihabiskan di Soreang. Karena disanalah beliau biasa bercengkerama dengan anak didiknya, para domba :D
Nah, walaupun Soreang tuh Bandung2 juga, tapi lokasinya cukup jauh dari RK yang ada di pusat kota (cieeh pusat kota gitu loh). Dari soreang ke RK kalo lancar bisa ditempuh dalam waktu sejam. Tapi seringnya, perjalanan ga bakalan lancar karena daerah sana macet banget. Mungkin ada kali satu setengah jam baru bisa nyampe.
Artinya, dengan meluangkan waktu ke RK dari Soreang, itu merupakan kehormatan tersendiri bagi saya dari beliau.
Kami janjian jam sekian, saya pun menanti dengan manis di RK. Tapi ternyata kru dapur meminta saya untuk belanja panci yang sifatnya darurat. Karena berpikir belanja panci ga akan lama, saya pun berangkat. Toh Kang Agus bisa menunggu bentar sambil makan dulu, pikir saya.
Saya meluncur ke daerah Kalipah Apo, pusat belanja alat dapur yang lengkap dan murah di Bandung. Saya pun memarkir motor di depan toko langganan saya.
Masuk ke toko, saya langsung ke pelayannya yang udah saya kenal, minta diambilin panci yang bagus. Nah, sambil melihat2 di dalam toko, saya baru sadar kalo di RK lagi kurang piring sama gelas. Maka saya pun mendadak minta ke sang pelayan toko, untuk mengambilkan dua barang tersebut.
Kang Agus nge-SMS, katanya udah nyampe pake taksi
Saya bales, maaf kang, tunggu bentar, makan dulu aja sambil nunggu
Saya pikir belanja piring sama gelas bakalan sebentar. Tapi saya lupa satu hal. Yaitu kalo beli barang yang ginian, harus di cek satu2 dari kardus. Khawatir ada yang retak atau bahkan pecah. Ga mau rugi dong, karena barang yang udah dibeli ga bisa dikembalikan.
Disanalah saya lupa waktu, karena keasyikan melakukan Quality Control. Baru sadar kalo saya kelamaan di dalem toko.
Maka pas pulang pun saya ngebut. Lewat jalan pintas. Demi menemui juragan Agus yang udah jauh2 dateng ke RK.
Setibanya di RK, sambil nafas ngos2an, saya melihat ke sekeliling. Kok cewek, masa cewek namanya Agus :P
Saya merogoh saku celana, ada 2 SMS disana. Isinya permohonan maaf karena harus segera pamit, dan permohonan maaf karena daging domba yang tadinya mau dihadiahkan ke saya dibawa pulang kembali.
Astagfirullah, kurang ajar sekali saya, ada tamu dateng mau silaturahim jauh2, sambil bawa hadiah lagi, eh saya cuekin gara2 beli panci.
Maka setelah berkonsultasi dengan manajer RK (namanya Agus juga) saya putuskan detik itu juga kami berdua akan meluncur ke Soreang. Membayar kelalaian kami, meminta maaf, sekaligus membawa Ikan Gurame Spesial untuk merekatkan tali silaturahim yang cedera.
Kami tiba disana saat matahari tenggelam, maghrib. Dan untuk pertama kalinya kami bertemu secara nyata (bukan maya lagi!) dengan kang Agus Ramada. Sambil menyerahkan sogokan berupa Gurame Spesial racikan tim RK :P
Karena keasyikan mengobrol, tak terasa sudah jam 8 malam. Dan saking terburu2nya tadi, saya ga bawa jaket. Padahal Soreang dingin, bisa sakit kalo pulang naek motor malem2 ga pake jaket.
Kang Agus pun menawari kami bermalam. Walau asalnya ragu, akhirnya kamipun meng-iya-kan. Karena jarang2 pertama kenal bisa langsung akrab kayak gini. Apalagi silaturahim yang berlanjut dengan bermalam, biasanya akan lebih langgeng hasilnya.
Obrolan malam itu berakhir sampai jam 2 malam. Dan filosofi yang saya dapat dari kang Agus Ramada adalah :
Mengelola bisnis itu ibarat telor, cukuplah kita dengan menikmati kuningnya, sementara putih telornya kita bagikan ke lingkungan sekitar.
Paginya, kami diajak berkeliling kebun dan kandang. Wah keren, kalo biasanya dalam benak kita kandang itu kotor, disini malahan bersih. Selain itu, limbahnya juga (tahi & kencing) bisa dijadikan pupuk organik buat perkebunannya. Wah mantap bener!
Setelah diajak berkeliling, kami pun dibawa ke sebuah lapangan. Ternyata disana ada pertunjukan spektakuler, namanya adalah Cek Birahi Domba, intinya sih ngeliat domba dikawin2in.
Nah yang spektakuler adalah, dalam lapangan itu cuma ada 1 domba jantan, yang dikelilingi sekitar 15 domba betina. Wuiiih enak bener, bebas milih dia mau ngawinin yang mana, dan ga cukup sekali, hahaha...
Singkat cerita kami pun pulang. Dan memang bener, silaturahim kami alhamdulillah makin erat.
Misal, Kang Agus Ramada makan sekeluarga di RK, sambil minta agar kami sharing pengalaman ke istri beliau yang mau buka restoran juga. Dari sini berlanjut dengan pengiriman sampel seekor domba SECARA GRATIS untuk dites harga, berat, kualitas daging, dan tingkat keempukannya oleh tim RK.
Terus, Kang Agus ngirim seekor domba muda SECARA GRATIS agar diracik tim RK, untuk dipersembahkan di acara buka puasa bersama TDA Bandung.
Setelah itu, pernah kami belanja daging ga banyak cuma 3,8 kg, tapi diantar sendiri oleh Kang Agus jauh2 dari Soreang. Subhanallah...
Yang terbaru, besok kami bakalan diliput Trans7 padahal restoran baru 5 bulan buka. Dan tebak, siapa yang merekomendasikan ke wartawannya? Yak betul, lagi2 Kang Agus.
Malu rasanya kalo membandingkan apa yang beliau beri dengan apa yang sudah kami beri ke beliau. Semoga do'a kami agar Allah memberikan ganti yang lebih baik dan lebih banyak untuk beliau dikabulkan. Amiiin
Artikel terkait silaturahim kami bisa diklik disini
1 komentar:
Wah, Subhanallah Kang Agah pengalamannya... Semoga langgeng silaturahimnya, hingga maut memisahkan... ;D
Posting Komentar