Selasa, 09 September 2008

RAMADHAN #8

Hari ke 8 ini saya istirahat di rumah sampe ashar.

Tapi alhamdulillah, tetep ada hikmah yang didapatkan.

Di bulan ramadhan ini, biasanya amal2 kita secara kuantitas melejit drastis dibanding bulan2 sebelumnya.

Tapi tentu saja, syarat pertama agar amal2 tersebut diterima adalah niatnya ikhlas. Alias bukan diniatkan untuk mendapat penghargaan dari selain Allah (riya).

Nah, mari kita ambil contoh dengan salah satu amal yang cukup populer di bulan ini. Yaitu sedekah. Amalan yang membuat para malaikat mendoakan kita pagi dan petang.


Misalkan, kita sedang mendengarkan ceramah jumat. Disana khatib mengingatkan kita bahwa

"Barangsiapa yang memudahkan urusan orang lain, maka Allah akan mudahkan urusannya, di dunia maupun akhirat"

"Kita belum disebut mencintai Allah, jika belum menginfaq-an apa yg kita cintai, diantara ciri cinta adalah berat untuk dilepaskan"

Nah beres jumatan, di gerbang ada fakir miskin usia manula yang sepintas sih sangat layak untuk diberi. Karena pengen mendapat cinta Allah, kita pun ga pengen ngasih cuman recehan doang, kita pengen ngasih RP.10 ribu, misalnya.

Nah saat kita mulai mendekat, dan uang dikeluarkan dari saku. Biasanya radar akan bekerja. Lirik kanan kiri. Waspada, takut ada yang ngeliat (padahal, abis jumatan kan rame, ya pastilah ada yg ngeliat).

Dengan sedikit bergetar, kita pun menyerahkan uang Rp.10 ribu tersebut. Dan karena mungkin kaget saking senangnya. Bapak Pengemis tadi mendadak berterimakasih sambil memegang tangan kita dan mendoakan kita panjang lebar dengan suara kencang.

Otomatis dong, kita langsung menjadi pusat perhatian disana.

Bibit2 riya pun mulai menjalar. Mulai merasa bangga. Mulai merasa dermawan. Mulai merasa hebat.

Nah, bagaimana tipsnya agar di posisi kritis seperti ini, kita bisa (insya Allah) tetep ikhlas?

Caranya adalah : DENGAN MENGANGGAP AMAL SHALEH TERSEBUT, SEBAGAI REZEKI DARI ALLAH

Gini, 50 ribu tahun sebelum diciptakan, Allah sudah menetapkan bahwa sang bapak pengemis pada hari anu jam anu di tempat anu akan mendapatkan uang Rp.10 ribu.

Nah, artinya pada saat itu, siapa saja bisa menjadi jalan rezeki buat dia dong. Ga cuma kita doang.

Sekarang mari kita cermati
- Siapa yang menggerakkan hati kita buat jumatan di mesjid itu?
- Siapa yang menggerakkan lisan penceramah buat ceramah materi itu?
- Siapa yang menyelusupkan materi tersebut ke hati kita?
- Siapa yang menolehkan pandangan kita ke sang bapak pengemis?
- Siapa yang membuat ada uang pas Rp.10 ribu di kantong kita?

Jadi, sebenernya hari itu sang bapak pengemis udah pasti dapet Rp.10 ribu.

Masalahnya, kok dari ratusan peserta jumatan, Allah milih kita agar bisa beramal shaleh dengan bersedekah ke beliau?

Bukankah ini rezeki?

Banyak yg lebih kaya, banyak yang lebih sholeh, tapi yang dipilih sama Allah malahan kita.

Jadi, kalo bisa beramal shaleh, ga perlu riya.

Bersyukurlah, karena bisa dipilih buat beramal shaleh, adalah rezeki dari Allah.

Bukan begitu?

NB :
Doa ketika dipuji orang

ALLAHUMMA LAA TU AAKHIDZNII BIMAA YAQUULUUN, WAGHFIRLII MAA LAA YA'LAMUUN (WAJ'ALNII KHOIROMIMMAA YAZHUNNUUN)

Ya Allah, semoga Engkau tidak menghukumku karena apa yang mereka katakann, ampunilah aku atas apa yang tidak mereka ketahui (dan jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka perkirakan).

HR. Bukhori no.761

1 komentar:

Oyha mengatakan...

nice..
tulisan y bagus pak!!